Tiga Komponen Penting dalam Pembelajaran Daring di UGM

2653

Baca juga: Ganjar Pranowo Ditelepon Ari Lasso Usai Bantu Jualkan Sambal Karya Warga Blora

“Yang menjadi pertanyaan apakah perguruan tinggi ikut terdisrupsi?” sambung alumnus Teknik Elektro UGM angkatan 1993 tersebut.

Pria kelahiran 1973 ini melanjutkan, sebetulnya pembelajaran digital (e-learning) ada sejak lama.

Namun, katanya, tidak begitu mudah untuk menjadi mainstream. Adanya pandemi Covid-19 pun dipandang Widyawan sebagai blessing in disguise, sebuah berkah di balik bencana.

Sebab, situasi pandemi memaksa pembelajaran daring menjadi menu utama.

Dalam kacamata Widyawan, pembelajaran daring menawarkan keluwesan ditinjau dari berbagai aspek. Seperti akses, lokasi, waktu, gaya, serta kebutuhan individual.

Baca juga: Berawal dari Gubuk Kecil di Kantin Fapet UGM, Bisnis Es Krim Mirza Kini Sudah Menggandeng 50 Restoran

Keluwesan dalam pembelajaran daring membawa berbagai dampak bagi perguruan tinggi (PT) di Indonesia.

“Pembelajaran daring dari PT luar negeri akan banyak masuk ke Indonesia. Contohnya adalah Coursera yang dulu diinisiasi oleh Stanford University,” kata Widyawan.

“Udemy juga dari luar negeri, tetapi kita pun sekarang bisa menjadi guru di situ dengan berbahasa Indonesia,” jelas jebolan S3 Cork Institute of Technology, Irlandia.

Di sisi lain, kata Widyawan, PT juga harus bersiap dalam menghadapi tren ini. Jika tidak, PT berpotensi gulung tikar.

Sebab, akan ada persaingan sesama PT dalam negeri dalam pembelajaran daring. Akan tetapi, PT tidak perlu takut karena punya unsur local wisdom yang bisa menjadi pembeda.

Baca juga: Dampak yang Terjadi Pada Masyarakat Akibat Perubahan Regulasi Penanganan Covid-19