Tiga Hal Penting yang Membuat Wahyudi Anggoro Hadi Kembali ke Desa

4125

Baca juga: Cerita Lulusan Fakultas Pertanian UGM yang Sukses Kembangkan Gerakan Canthelan di Magelang

“Komoditas strategis itu harus kita jaga,” beber lelaki kelahiran 1979 ini.

Menurut Yudi, air, udara, dan pangan akan menentukan arah dunia akan berjalan.

Sebab, kelak orang tidak akan lagi berperang memperebutkan sumber energi dan tambang.

Menjaga desa pun dipandang penting bagi Yudi agar tiga komoditas itu tidak dikuasai oleh perusahaan multinasional asing.

Alasan selanjutnya mengapa Yudi menjadi lurah adalah ingin melakukan perlawanan terhadap politik uang. Kata dia, politik harus dijalankan dengan bersih dan santun.

Alasan ketiga, alias yang terakhir, Yudi ingin mengembalikan pranata sosial di tataran desa, yakni agama dan kebudayaan.

“Selama agama hanya dimaknai sebagai ritus, dan budaya hanya dimaknai sebagai pertunjukan, dua hal itu akan kehilangan makna,” tutur Yudi.

Baca juga: Dubes Puja Alumnus UGM Dapatkan Kado Penghargaan Tertinggi dari Kerajaan Belanda

“Hal itu sudah mulai terlihat dengan tidak adanya penghormatan anak kepada orang tua, dan murid kepada gurunya,” terangnya.

Selain itu, kata Yudi, dalam pemanfaatan lahan, manusia juga mesti membangun relasi dengan alam, relasi dengan Tuhan, dan relasi dengan sesama manusia.

Kemunculan wabah Covid-19 pun dinilai Yudi mendekonstruksi tatanan sosial.

Sebab, semuanya dibangun kembali dengan gagasan yang berangkat dari desa.

“Puncak dari realasi sosial adalah kekeluargaan, puncak dari relasi ekonomi adalah kerja sama, dan puncak dari relasi politik adalah musyawarah,” tutur Yudi.

“Inilah makna operatif dari gotong royong. Sesuatu yang lahir dari alam desa, alam nusantara,” pungkasnya. (Ts/-Th)

Baca juga: KAGAMA Jabar Pasang Canthelan untuk Warga Terdampak Covid-19 di Bekasi