Terbunuhnya Jenderal Soleimani dan Riwayat Konflik AS-Iran

162

Baca juga: KGPH Dipokusumo Terpilih sebagai Ketua Kagama Cabang Kota Surakarta Periode 2020-2025

Kala itu AS terlibat perang Irak di Kuwait pada 1990.

“Tetapi, memang tidak sama persis. Dulu AS sedang hebat-hebatnya karena bisa mengklaim diri sendiri sebagai pemenang. Irak kemudian tiba-tiba menyerang Kuwait dan Bush hanya memerintahkan tentara AS untuk berperang di sana,” tuturnya.

Dari peristiwa tersebut, bisa dilihat bahwa dalam politik AS. jika presidennya mengirimkan pasukan untuk berperang di suatu negara, maka itu bisa menumbuhkan citra bahwa dia adalah presiden yang mampu menempatkan AS sebagai jajaran negara paling kuat.

AS mengumumkan diri sebagai pemenang dalam perang tersebut.

Namun, saat itu situasi ekonomi AS alih-alih membaik, malah berada pada sitausi yang tidak menguntungkan.

Baca juga: Kata Pakar UGM Tentang Kemungkinan Terjadinya Perang Dunia III

“Bill Clinton bahkan menyebutnya ‘it’s the economic stupid’. Dia menjelaskan bahwa situasi yang dihadapi AS saat itu adalah persoalan ekonomi, bukan perang,” jelasnya.

Dugaan tentang Trump yang mengajak perang demi mendapat dukungan dari publik domestik, kata Rachmat, perlu dievaluasi lagi.

Namun, pada kenyataannya kondisi AS saat ini memang sedang tidak beruntung.

“Jadi, siapa pun yang nanti jadi presiden dari Partai Demokrat, kalau mereka bisa mengoptimalkan isu ekonomi itu, mungkin bisa dijadikan senjata untuk memenangkan pemilihan, jika Trump tidak jadi dimakzulkan,” ujarnya. (Kinanthi)

Baca juga: Antisipasi Banjir di Jawa Tengah, Ganjar Luncurkan Tim Jaga Kali