Terapkan Ajaran Ki Hajar Dewantara

1526
Sebagai orang Jawa, Putrama Wahju Setyawan menerapkan ajaran atau filosofi tokoh Pendidikan sekaligus pahlawan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Foto : Fajar/KAGAMA
Sebagai orang Jawa, Putrama Wahju Setyawan menerapkan ajaran atau filosofi tokoh Pendidikan sekaligus pahlawan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Foto : Fajar/KAGAMA

KAGAMA.CO, JAKARTA – Selepas lulus dari SMA 3 Padmanaba Yogyayakarta, Putrama Wahju Setyawan melanjutkan pendidikannya dengan kuliah di Program Studi Manajemen Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada di tahun 1988.

Alasannya memilih kuliah di situ, ia melihat kesempatan berkarier di dunia kehutanan masih terbuka luas karena Indonesia punya hutan hujan tropis yang luas.

Selain itu, dia punya idealisme untuk menjaga kelestarian hutan di Tanah Air.

Nyatanya, selepas lulus kuliah di tahun 1994, alih-alih berkecimpung di kehutanan, Putrama justru terjun ke dunia perbankan.

Selama lebih dari 20 tahun berkarya di Bank BNI, dia telah kenyang asam garam menangani kredit macet atau bermasalah di sektor korporat dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Walau mengaku tidak punya ambisi meraih jabatan, namun dia mampu memperlihatkan prestasi kerja mumpuni sehingga kini dipercaya sebagai Direktur Corporate Banking.

Ajaran dari Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, jadi pedomannya ketika melakukan aktivitas manajerial.

Sebagai orang Jawa, Putrama menerapkan ajaran atau filosofi tokoh Pendidikan sekaligus pahlawan Indonesia tersebut.

Ajaran itu adalah Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.

Artinya, di depan menjadi contoh atau panutan, di tengah membuat keseimbangan atau penjalaran, di belakang melakukan dorongan atau mendorong.

“Saat jadi pemimpin, saya mesti jadi teladan dalam tindakan serta menetapkan visi, misi, strategi serta rencana aksi yang jelas serta jernih, mudah dipahami oleh tim atau anak buah, dan tidak ada deviasi dari pihak saya menuju target yang diinginkan.”

“Dalam perjalanannya, saya mesti tahu kapan mesti bergeser dari depan ke tengah, saya menjadi motivator bagi anak buah,” kata Putrama.

“Kemudian saya harus tahu kapan harus bergerak dari tengah ke belakang untuk mendorong serta memberi kesempatan pada mereka untuk maju.”

“Teori kepemimpinan atau leadership dalam manajemen menurut saya seperti itu. Bagi saya, pemimpin yang berhasil bila dia mampu menghasilkan pemimpin lainnya.”

“Apalagi jabatan atau amanah yang saya emban waktunya terbatas,” tutur penggemar fotografi tersebut.

Menurutnya, dalam meniti karier selama ini, dirinya tak mempunyai ambisi untuk meraih jabatan tertentu.

Secara pribadi, ia meyakini segala sesuatu di dunia ini sudah diatur oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Hidup baginya seperti air, mengalir saja.

Namun, dalam urusan pekerjaan, dia tetap berlaku profesional, selalu berusaha memberikan yang terbaik, dan berkerja keras untuk mencapai sasaran yang sudah ditetapkan.

“Soal apakah pekerjaan saya itu berhasil atau tidak, biarkan orang lain yang menilai. Tapi saya meyakini bahwa jika kita memberikan karya yang bagus maka sudah pasti dapat ganjaran yang baik pula.”

“Saya pun memotivasi anak buah untuk memiliki sikap yang sama terhadap tugas atau amanah yang mereka emban,” papar Putrama menutup kisahnya. (Jos)