Tatanan Norma Baru Muncul Setelah Manusia Gagal sebagai Khalifah Bumi

1075

Baca juga: Mempertahankan Usaha Kehutanan dan Pertambangan di Masa Pandemi Menurut Ir. Sumedi

Jebolan Ilmu Tanah UGM angkatan 1984 tersebut memandang, manusia harus mengembangkan kesalehan sosial secara harmonis dan seimbang. Baik itu secara vertikal maupun horizontal.

Kata Agus, hubungan vertikal ditandai dengan mencapai puncak spiritual terhadap Sang Khalik. Sedangkan meningkatkan kolaborasi, solidaritas, partisipasi dan kontribusi antarinsan makluk hidup adalah langkah-langkah secara horizontal.

Dengan kesadaran diri seperti itu, menurut Agus, setiap warga niscaya akan menata dirinya sendiri secara alami.

“Menjadi ruh dari kesadaran bersama untuk mengasah ketajaman akal-budi sebagai pengikat kohesi sosial dan keterpanggilan membantu insan lainnya,” tutur Agus.

Agus pun mengajak mewujudkan Jagat biru rahayu secara konsisten. Yakni dengan mengelola bumi asri dengan samudra biru seluas 72%, dan langit biru yang meliputi 95% dari bumi alam semesta.

Baca juga: Strategi Saptuari Sugiharto Mempertahankan Bisnis Kuliner di Masa Pandemi

Langkah itu dinilainya guna mencapai kesejahteraan seluruh makhuk hidup, baik manusia, hewan dan tumbuhan.

Oleh sebab itu, kata dia, sebelum norma atau tatanan baru diterapkan, beberapa tahap harus dilalui. Yakni sosialisasi, internalisasi, kesadaran masyarakat akan bahaya, dan kesiapan masyarakat menjalankan norma baru.

Kepala KP4 UGM periode 2008-2012 ini berharap, pageblug Covid-19 dapat menjadi penyadar tentang nilai dasar Keistimewaan Yogyakarta.

“Meliputi: Sangkan paraning dumadi (Tuhan sebagai tujuan kembali), Hamemayu Hayuning Bawono (Memperindah keindahan dunia) dan Manunggaling Kawulo Gusti (berperilaku sebagaimana diinginkan Tuhan),” ujar Agus.

“Mewujudkan Hamemayu Hayuning Bawono dilakukan dengan Hamemayu Hayuning Wono (hutan dan tumbuhan), Sato (hewan), Tirto (air), Bantolo (bumi), Howo (atmosper), Samodro (pesisir dan laut), Manungso (manusia), Budoyo (Kebudayaan) dan Projo (negara).”

“Perlu kontribusi nyata semua pihak untuk mewujudkan Jagat Biru Rahayu dan Indonesia Gumregah (bangkit),” pungkasnya. (Ts/-Th)

Baca juga: Suka Jeprat-jepret? Ayo Ikuti Kompetisi Foto KAGAMA 2020 dan Rebut Total Hadiah Rp25 Juta!