Tanya Jawab tentang Rasisme dan Diskriminasi Papua

32903

Baca juga: Bupati Teluk Bintuni Sulap Hutan Kota Jadi Gembira Loka Mini

Selain hal-hal di atas, hal penting apa yang juga harus dilakukan mahasiswa Papua?

Menurut saya, mahasiswa Papua harus bisa beradaptasi dengan lingkungan. Berpikir, berkata, dan berperilaku positif: tidak mabuk, tidak makan dan buang ludah pinang sembarangan, bergaul baik dengan masyarakat sekitar, patuhi hukum dan peraturan yang berlaku.

Contoh paling konkretnya bagaimana?

Kita bisa melihatnya dari hal-hal keseharian yang sederhana. Apakah para mahasiswa rajin berangkat kuliah tepat waktu? Atau santai-santai dan sering terlambat bahkan tidak mengerjakan tugas dan tidak ikut ujian?

Apakah kalau naik sepeda motor selalu memakai helm? Punya SIM? Atau sebaliknya? Naik sepeda motor tanpa SIM tanpa helm, bahkan berboncengan tiga orang dan tidak mematuhi rambu-rambu di jalan?

Apa yang saya katakan ini bukan sekadar persepsi atau opini. Ini pengalaman langsung bertahun-tahun berinteraksi dengan mahasiswa Papua di Jogja. Juga mendengar cerita dan curhat aparat keamanan yang sering bertugas di jalan.

Itulah PR serius yang harus dikerjakan dan diperbaiki oleh setiap mahasiswa Papua.

Baca juga: Bupati Willem Wandik Jabarkan Masalah yang Harus Dibereskan Puncak Sebelum Masuk New Normal

Tadi disebutkan kalau semua itu Anda melihatnya secara positif. Kalau secara negatif bagaimana?

Secara negatif, diangkatnya isu rasisme dan diskriminasi oleh kelompok-kelompok tertentu, khususnya aktivis gerakan politik Papua, adalah bagian dari strategi gerakan untuk membangkitkan sentimen anti Indonesia.

Perlakuan sebagian kecil masyarakat non Papua terhadap para mahasiswa Papua sebagaimana saya contohkan di atas, dianggap sebagai representasi sikap masyarakat luas, dan juga representasi sikap negara terhadap orang Papua.

Bagaimana sebenarnya respon negara terhadap permasalahan ini?

Nah itu dia. Di satu sisi kita berusaha membangun sikap baik masyarakat terhadap mahasiswa Papua, di sisi lain memang masih terdapat kebijakan-negara negara yang belum benar-benar akomodatif terhadap permasalahan sosial politik Papua. Pendekatan pembangunan yang gencar dilakukan, dianggap mengabaikan terhadap persoalan HAM dan kebutuhan dasar masyarakat Papua.

Tentang pelanggaran HAM sebenarnya banyak yang merupakan warisan masa lalu, tetapi terus direproduksi untuk menekan negara.

Pendekatan keamanan juga terlihat ambivalen. Di satu sisi aparat keamanan bersikap tegas dan keras terhadap mahasiswa Papua, tetapi seolah membiarkan gerakan-gerakan separatis bersenjata di Papua yang nyata-nyata melawan negara.

Aparat keamanan sangat sigap membongkar dan menangkap mereka yang dianggap “terduga teroris” di luar Papua, tetapi di Papua teroris-teroris bersenjata itu dibiarkan saja.

Baca juga: Strategi Bupati Willem Wandik untuk Menjaga Status Hijau Kabupaten Puncak