Tak Mampu Kendalikan Stres Picu Tindakan Bunuh Diri

495
Ketua Departemen Psikiatri FK-KMK UGM Dr. dr. Carla Raymondalexas Marchira SpKJ mengatakan, hampir setiap tiga detik sebanyak 50 ribu orang di dunia melakukan bunuh diri. Foto: Kinanthi
Ketua Departemen Psikiatri FK-KMK UGM Dr. dr. Carla Raymondalexas Marchira SpKJ mengatakan, hampir setiap tiga detik sebanyak 50 ribu orang di dunia melakukan bunuh diri. Foto: Kinanthi

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Berita kasus bunuh diri mahasiswa hingga dosen kerap muncul belakangan ini.

Ketua Departemen Psikiatri FK-KMK UGM Dr. dr. Carla Raymondalexas Marchira SpKJ membabar berbagai pemicunya dalam Seminar “Self Harm dan Bunuh Diri di Kalangan Akademisi”, pada Minggu (13/10/10) di Auditorium II FK-KMK UGM.

Dikatakan olehnya, akademisi seolah-olah harus tampil pintar dan sempurna.

Belum lagi dengan urusan pekerjaan lainnya dan urusan rumah.

Ini menjadi tekanan tersendiri bagi akademisi.

Carla memaparkan, hampir setiap tiga detik, 50 ribu orang di dunia melakukan bunuh diri.

Hal ini menunjukkan bunuh diri merupakan masalah serius, sehingga membutuhkan upaya pencegahan yang serius pula.

Merujuk pada sebuah penelitian di media, Carla mengungkapkan sebanyak 34,5 persen dari 284 mahasiswa di Jakarta punya pemikiran untuk bunuh diri dalam satu tahun terakhir.

Baca juga: Jangan Biarkan Berlarut, Kenali Tanda-Tanda Stres Kuliah

“Pemikiran bunuh diri seringnya berkaitan dengan masalah akademis, pengalaman pelecehan seksual saat masih kecil, gejala depresi, terlibat perkelahian fisik, atau ada masalah sosial-lingkungan,” papar Carla.

Dia menjelaskan, ada banyak faktor risiko untuk bunuh diri, di antaranya gangguan jiwa berat, gangguan kepribadian terutama borderline, putus asa dan status sosial ekonomi.

Ada juga sebab pekerjaan tertentu, baru saja bercerai, banyak konflik, keluarga yang tidak responspif, orang tua depresi, kehilangan sumber pendapatan secara mendadak, atau mengikuti kegiatan sekte keagamaan tertentu yang sifatnya manipulatif.

“Data menarik juga kami temukan, jumlah wanita yang mencoba bunuh diri lebih banyak dari pada laki-laki. Tetapi, laki-laki lebih berhasil melakukan bunuh diri itu. Kalau perempuan biasanya ragu dan sekadar coba-coba jadi masih bisa dicegah,” tandasnya.

Bunuh diri, kata dia, merupakan kombinasi kompleks antara faktor demografis, psikiatris, dan genetik.

Ada pun ciri-ciri orang yang sedang mengalami depresi dan rentan melakukan bunuh diri, misalnya merasa sedih, sering menangis, anxietas dan gelisah, mood sering berubah, perokok dan sering minum alkohol berat, tidur yang terganggu mudah tersinggung, hingga menurunnya minat berakktivitas.

“Jika ada orang yang seperti itu segera bantu mereka. Intervensi dari kita semua mampu mencegah rencana bunuh diri,” tandas Carla.

Sementara itu, karakteristik kepribadian pelaku bunuh diri yaitu bersifat ambivalensi.

Baca juga: Ketua ADINKES, Krisnajaya: KAGAMA dapat Banyak Berperan untuk Pemerataan Pelayanan Kesehatan di Indonesia