“Misalnya pencarian tentang menteri BUMN, Rini Soemarno dan Budi Karya Sumadi, Menteri Perhubungan, identik dengan kata kunci tiket pesawat. Hal ini dikarenakan saat itu isu tentang mahalnya tiket pesawat sedang ramai diperdebatkan,” ungkap Fauzi.
Tren pencarian daring lainnya, yaitu Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri yang disinggung soal THR dan kerja, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono tentang jalan tol, Wiranto tentang pemilu dan kerusuhan, Menteri ESDM Ignasius Jonan tentang migas dan listrik, dan masih banyak lagi.
Temuan lainnya, popularitas menteri di media sosial dipengaruhi oleh perkembangan sebuah isu.
Pada April 2019, Menteri Rini Soemarno menjadi nama yang paling sering di sebut berdasarkan Google Trends.
Ketika itu sedang ramai isu Rini berencana mengganti BUMN dengan super holding.
Ini menjadi salah satu keunikan, karena Rini tak memiliki akun media sosial.
Susi Pudjiastuti menempati posisi tertinggi di antara Top 5 Menteri Populer Kabinet Jokowi-JK.
“Selisih angka cukup tinggi dibanding menteri-menteri lain. Padahal waktu membuat akun media sosial lebih terlambat. Postingan yang dibuat lebih personal, sehingga masyarakat lebih ter-engage dengannya,” ujar Trevilliana.
Adanya riset tentang popularitas kabinet ini, bisa menjadi referensi masyarakat untuk membandingkan kabinet yang lalu dengan kabinet berikutnya.
Terutama terkait dengan citra positif dan negatif setiap menteri di mata orang, bagaimana menteri merepresentasikan dirinya di media sosial, serta bagaimana setiap menteri membangun strategi komunikasi mereka dengan masyarakat.
“Jika saat ini CFDS masih menggunakan jejak digital sebagai objek penelitian. Kedepannya semoga bisa mewawancarai stakeholder. Dengan begitu, kami berharap bisa mendapat kabar tentang nama-nama yang akan diangkat menjadi menteri kabinet selanjutnya,” ujar Treviliana menutup jumpa pers. (Kinanthi)
