Susi Pudjiastuti Menteri Paling Populer di Medsos

322
Center For Digital Society (CFDS) FISIPOL UGM melalui penelitianya, menyebut Menteri Susi paling populer di media sosial. Foto: Tempo.co
Center For Digital Society (CFDS) FISIPOL UGM melalui penelitianya, menyebut Menteri Susi paling populer di media sosial. Foto: Tempo.co

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Media sosial kini menjadi salah satu wadah bagi para elite politik untuk membangun citra dan mendekatkan diri kepada masyarakat.

Cara ini sedang tren digunakan oleh para menteri kabinet kerja Jokowi-JK beberapa tahun belakangan.

Center For Digital Society (CFDS) FISIPOL UGM melakukan penelitian tentang Popularitas Menteri Kabinet Jokowi-JK di media sosial, khususnya di instagram, twitter, Google Trends, dan berita daring.

Pemaparan hasil riset disampaikan dalam acara jumpa pers di Ruang BC 201 FISIPOL UGM (1/7/2019) oleh dua di antara empat peneliti yang hadir, yaitu Treviliana Eka Putri dan M.Fauzi Ananta dari bagian Digital Intelligence Lab.

“Dari 34 menteri yang ada, 4 menteri di antaranya tidak memiliki media sosial. Hal ini kami asumsikan bahwa kementerian yang dipimpin oleh keempat menteri ini media sosialnya sudah cukup aktif, sehingga tidak ada kebutuhan bagi mereka sendiri untuk membuat official account,” pungkas Fauzi.

Dari riset yang telah dilakukan, terdapat lima menteri yang populer di twitter, yaitu Susi Pudjiastuti, Lukman Hakim S, Wiranto, Imam Nahrawi, dan Hanif Dhakiri. Foto: Kinanthi
Dari riset yang telah dilakukan, terdapat lima menteri yang populer di twitter, yaitu Susi Pudjiastuti, Lukman Hakim S, Wiranto, Imam Nahrawi, dan Hanif Dhakiri. Foto: Kinanthi

Meskipun demikian, 30 menteri yang mempunyai media sosial, ada yang tidak begitu aktif di akunnya.

Di samping itu, tidak semua menteri mempunyai akun instagram dan twitter.

Misalnya, Menteri Sri Mulyani Indrawati yang punya akun instagram, tetapi tidak punya akun twitter.

Treviliana menambahkan, popularitas menteri ditelusuri melalui akun-akun resmi dari menteri-menteri tersebut.

Pengambilan data dilakukan saat masa-masa pemilu, yakni mulai tanggal 1 Maret sampai 10 Juni 2019.

“Kalau di masa-masa pemilu, masyarakat akan mulai berpikir, kira-kira siapa yang jadi menteri lagi di periode berikutnya,” ungkap Treviliana.

Ia menjelaskan, penelusuran dan analisis dilakukan dengan melihat original post-nya.

Misalnya saja, di twitter, CFDS melihat original tweet, bukan hasil retweet dari akun twitter lain.

CFDS ingin melihat perbandingan antara jumlah followers dengan engagement yang dilakukan melalui postingannya.

 

Baca juga:

Menteri Susi: Mahasiswa KKN Jangan Cuma Liburan dan Berburu Foto

Menteri Susi Pelajari Riwayat KKN-PPM UGM