Sumbangsih KAGAMA Wujudkan Reformasi 1998

1411

Baca juga: KAGAMA Kalimantan Timur Siap Bantu Pemerintah Bangun Ibu Kota Baru

Ketua PP KAGAMA saat itu, Prof. Dr. Koento Wibisono Siswomiharjo bersama anggota pengurus lainnya mengadakan diskusi “Upaya Mengatasi Krisis Nasional” pada 23 Februari 1998, sebagai langkah awal menuju tuntutan yang paling besar, yaitu reformasi.

Diskusi ini melahirkan 9 butir pemikiran dari pakar, anggota, dan pengurus.

Diskusi ini kemudian dilanjutkan pada 29 April 1998 yang melahirkan pokok-pokok pikiran KAGAMA tentang Reformasi Politik dan Ekonomi yang meliputi bidang politik, hukum, dan sosial budaya.

Keesokan harinya KAGAMA membuka Warung Murah KAGAMA (WMKK) bagi mahasiswa yang kesulitan biaya hidup di Yogyakarta, akibat gejolak ekonomi nasional yang memburuk.

Pada awalnya WMKK menyediakan 300 porsi, kemudian meningkat jadi 400 porsi, lalu pada bulan puasa meningkat lagi menjadi 700 porsi.

Semiloka Mencari Platform Gerakan Reformasi Menuju Kesatuan dan Persatuan Bangsa di GSP UGM. Foto: Istimewa
Semiloka Mencari Platform Gerakan Reformasi Menuju Kesatuan dan Persatuan Bangsa di GSP UGM. Foto: Istimewa

Baca juga: Seminar pra-Munas KAGAMA Kedua Bahas Kesiapan Tenaga Kerja di Era Revolusi Industri 4.0

WMKK yang berdiri di depan Wisma KAGAMA ini diketuai oleh Oetari Koento Wibisono.

Pada 18 Mei 1998 situasi semakin kacau. Banyak korban mahasiswa berjatuhan akibat bentrok dan ricuh dengan aparat keamanan saat demontarasi berlangsung.

Diinisiasi oleh Satriawan SH, PP KAGAMA kemudian membangun “Posko Pengaduan dan Penanganan Akibat Krisis” atau Crisis Service Centre (CSC).

Lembaga ini juga memberi dukungan pada segala upaya dan perjuangan untuk reformasi total di Indonesia.

Sehari setelahnya KAGAMA dan sivitas akademika UGM menyatakan sikap.

Baca juga: Alasan Seminar Pra-Munas KAGAMA Digelar di Museum Ranggawarsita, Bukan di Hotel