Sumarah Widi S. Martodiharjo ‘Kembali’ ke Jogja

1026

Tidak terbatas pada kanvas saja, tetapi ia juga berkarya pada kertas, kayu, kulit, plastik, seng, dan materi lainnya.

Sehingga tidak jarang kita akan menemukan banyak barang-barang sehari-hari yang kita buang dapat disulap Widi menjadi bagian dari karyanya.

Rumah Kebahagiaan

Ada yang menarik dari pameran yang disuguhkan Widi.

Sebuah ruangan berukuran 5,5×5,5 meter berada di titik tengah pameran. Ruangan ini ia sebut dengan rumah.

Widi membangun “rumah” yang berisi tentang foto diri dan keluarga beserta benda-benda hasil karya setengah jadi yang menggambarkan sebagai tempat kerjanya.

Widi menganggap rumah adalah tempat ia pulang dan pergi, tempat ia mulai hidup, tempat belajar untuk melihat dunia dan titik dimana ia harus berangkat.

Tajuk kembali pulang juga mengekspresikan akan kerapuhan, kekalahan, ketidakakberdayaan, bahkan kematian yang membuat ia selalu menunduk, takluk, dan berserah diri pada Sang Pencipta.

“Inilah sikap, identifikasi, dan implementasi diri Sumarah,” jelas Mikke.

Lebih lanjut Mikke menjelaskan filosofi Sumarah merupakan titik pasrah total untuk mengasah kepekaan dan penerimaan, baik melalui tubuh, rasa dan pikiran.

Tujuannya adalah untuk menciptakan ruang dalam diri, menata batin yang sunyi, dan berserah diri untuk dapat mencari dan menggali wujud yang memberikan ketenangan.

Pameran Sumarah ini berlangsung selama 9 hari, yang dimulai pada hari Rabu, 12 Juni 2019 hingga Kamis, 20 Juni 2019.

Pameran yang dibuka dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB ini sudah dihadiri puluhan orang di setiap harinya. (Sirajuddin)