Sumarah Widi S. Martodiharjo ‘Kembali’ ke Jogja

1035

Pengalaman pekerjaan inilah yang membuat Widi sangat dekat dengan bolpoin.

Widi memandang bolpoin sebagai benda yang sering dilupakan orang dalam kehidupan sehari-hari, meski hampir setiap hari terselip di saku baju, tersimpan di tas, tergeletak di meja tulis, hampir dimana-mana, begitu pula dengan keberadaan kertas.

Dalam gelaran pemeran ini, Widi menegaskan jika kedua benda tersebut adalah teman penting seorang manusia terkhusus dalam perjalanan hidupnya.

Mikke menjelaskan bahwa dalam senyap, telaten, dan penuh suka cita Widi menghabiskan sekitar 400 bolpoin untuk sekali pameran.

Sampai pada satu titik, ia meyakini bahwa karya gambar di atas kertas mempunyai tempat yang sah di dunia seni rupa.

Rumah Kebahagiaan Widi. Foto: Sirajuddin
Rumah Kebahagiaan Widi. Foto: Sirajuddin

Dengan 400 bolpoin tersebut ternyata mampu menghantarkan Widi menjadi salah satu finalis Philip Morris Indonesian Art Award tahun2012.

Pameran tunggal Sumarah ini merupakan pameran ke-8 bagi Widi.

Perpaduan antara benda seni dan non-seni menjadikan pameran tunggalnya menggulirkan babak baru.

Sebuah lorong perjalanan waktu yang panjang hingga kembali pulang telah Widi torehkan dalam lukisan-lukisan surealistik ekspresif.

Karya-karya Widi selalu identik dengan menggunakan media apapun yang ditemuinya.