Sulhan Tak Pernah Punya Cukup Uang untuk ‘Membeli’ Waktu

1780

Baca juga: Target Kemenpar dan Rossiya Airlines Datangkan 162 Ribu Wisatawan Rusia ke Indonesia

Sulhan tertarik dengan isu seputar netizen dan audience.

Merasa ilmu komunikasi harus ditambah lagi untuk mempelajari itu semua, Sulhan akhirnya menempuh studi lanjut di S2 dan S3-nya di Departemen Sosiologi FISIPOL UGM.

Sulhan mengaku cukup lama menempuh studi S3, Hampir tujuh tahun.

“Jadi Saya ini masuk generasi mahasiswa S3 yang dulu kuliah sak penake dewe (suka se-enaknya sendiri). Saat itu banyak mahasiswa S3 yang jadi peneliti dan pegang posisi. Sepanjang 7 tahun itu, rasanya hanya 2 tahun Saya fokus kuliah, 5 tahunnya teman-teman se-angkatan sebut Saya ‘projector’. Saat itulah banyak penelitian yang Saya lakukan. Saya kelayapan ke mana-mana itu nge-riset. Bukanlah contoh yang bagus untuk ditiru!” tegasnya.

Dia bercerita bahkan sampai malu untuk bertemu promotor dan co-promotornya.

Riset bagi Sulhan merupakan kegiatan yang menyenangkan.

Dia bisa keliling daerah dan bertemu orang-orang baru.

Baca juga: Lombok Perlu Perhatian untuk Genjot Pangsa Wisata Halal

Ketika sudah menjadi doktor, Sulhan merasa tidak menemui kesulitan dalam menjalin relasi.

Rata-rata proyek penelitian dan kerja sama itu, kata Sulhan, terjadi berkat relasi yang dibangun sebelumnya.

Manfaatkan Celah untuk Dapatkan ‘Kebebasan

“Saya lebih menikmati diskusi berjam-jam, ketimbang mencuri ide kemudian ditulis di koran atau jurnal, makanya Saya termasuk dalam kelompok yang telat ngurus kepangkatan. Sebetulnya Saya ingin sekali merdeka, namun ketika diberi amanah untuk ngurus organisasi, i’ll try the best,” tandasnya.

“Sampai sekarang Saya enjoy saja, mengikuti aturan dan mengalir hingga menjadi guru besar. Jika Saya tidak nyaman, Saya tidak akan memaksa diri untuk menulis sampai bermalam-malam, tapi besoknya Saya masuk rumah sakit. Sorry, Saya lebih memilih untuk tidur,” ujarnya.

Kebebasan bagi Sulhan, mahal harganya.

Sampai hari ini, kebebasan penuh itu belum mampu dicapainya.

Meskipun demikian, Sulhan bersyukur dengan kondisinya saat ini.

Sulhan mengatakan, semakin seseorang memiliki power, maka makin banyak orang yang akan bergantung pada orang itu.

Pada saat itulah orang harus melepaskan diri secara personal dan menjadi manusia sosial.

”Dan jika kamu merasa tidak mungkin bisa hidup sendirian, maka saat itulah momen di mana kamu harus berarti bagi orang lain,” ujarnya.

Sulhan bermimpi untuk tetap sehat, baik raga maupun jiwa, dalam arti jiwa yang tak tertekan. (Kinanthi)

Baca juga: Bedanya Menikah dengan Pacaran dan Tanpa Pacaran