Strategi Perbankan Indonesia Bertahan di Tengah Pandemi

983

Baca juga: Ganjar Dorong Lahirnya Entrepreneur Lewat Kartu Prakerja

Langkah pembangunan ekosistem perbankan di era pandemi, kata Abdullah, dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan dan meminimalisir kegiatan tatap muka dan bersentuhan secara fisik.

Misalnya dengan mengarahkan nasabah untuk bertransaksi secara digital, menerapkan WFH bagi karyawan, split and partial operation, dan menjaga kualitas aset.

“Namun, kami tidak menampik akan terjadinya pradoks dalam perbankan syariah. Pasalnya penduduk muslim Indonesia mencapai 87 persen dari total penduduk seluruhnya. Tetapi perekonomian syariah belum masuk 5 besar,” ujarnya.

Abdullah memaparkan, literasi perbankan syariah Indonesia hanya mencapai 8 persen, tingkat inklusi menvapai 9,1 persen. Selain itu, pertumbuhan bank syariah juga dipengatuhi faktor eksternal.

“Ongkos pendanaan dalam menggali pasar kata Abdullah cukup tinggi. Padahal permodalan di perbankan syariah lebih kecil.”

Baca juga: Sekjen KAGAMA: Kartu Prakerja Harus Adaptif dalam Situasi Pandemi

“Bisa disaksikan juga, nasabah perbankan syariah adalah masyarakat kelas menengah atau menengah ke bawah,” ungkapnya.

Abdullah melihat keuangan perbankan syariah kemungkinan bisa berhadapan dengan risiko kredit, yang bisa membuat pertumbuhan laba bank menjadi tidak optimal.

Senada dengan Abdullah, Direktur Tresuri Bank Panin, Gunawan Santoso, tantangan mengubah oerilaku secara cepat seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, sudah terjadi sebelum pandemi.

Selain itu, pihaknya juga berhadapan dengan startup dan fintech yang sudah mendisrupsi perbankan secara signifikan, termasuk kemudahan dalam memberi kredit.

Nasabah tidak lagi perlu ke bank untuk menarik uang atau melakukan transaksi, berkat kemudahan yang diberikan oleh mobile banking.

Baca juga: Hadapi New Normal, UGM dan KAGAMA Siapkan Rumusan Tata Kehidupan Baru