Sosok Ketua FKY 2019 yang Bercita-cita Jadi Seniman Sejak Kecil

16233

Baca juga: Dirikan Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara Belajar dari Sultan Agung

“Jelas ini acara pertunjukkan musik. Tetapi, di dalamnya ada konten budaya. Kita mengambil icon-nya malam hari ini adalah Ki Hadjar Dewantara (KHD), tentang metode pengetahuan luhurnya KHD, metode Sari Swara. Nah, ini yang kita ekspose di pertunjukkan FKY,” pungkasnya.

Bentuk FKY tahun ini tetap ada penyelenggaraan pasar seni, pasar kuliner, dan panggung pertunjukkan.

Tetapi, unsur-unsur kebudayaannya diaplikasikan dalam penyelenggaraannya. Kali ini tema dan bentuk acara lebih kompleks dari biasanya.

“Ritual harus masuk, bahasa harus masuk. Misalnya bahasa diwakili oleh icon aksara jawa di logo FKY,” jelasnya.

Ada lagi inovasi pada FKY tahun ini, bila sebelumnya semua panggung FKY ada di satu lokasi, kali ini lokasi panggung-panggung FKY ada di beberapa titik.

Area utama terletak di Kampung Mataraman, Desa Bangunharjo, Bantul. Sementara total panggung ada 11 venue, dari daerah Bantul hingga ke Sleman.

Baca juga: Pendidikan Indonesia Perlu Berkaca pada Ajaran Luhur Ki Hadjar Dewantara

“Kali ini kita ingin coba venue-venue atau situs-situs yang jarang terekspose. Misalnya, Pendopo Agung Taman Siswa ini, lalu kerja sama dengan Museum Dewantara Kirti Griya, Museum Tegalrejo yang mengekspose tentang Diponegoro, Pasar Terban mengekspose desa kebudayaan Terban, Museum Gunung Merapi, dan Museum Sonobudoyo,” ungkapnya.

Paksi dan panitia lainnya berharap FKY saat ini dan kedepannya bisa meletakkan panggung-panggungnya ke beberapa titik di DIY, layaknya festival kota. Jadi, seluruh masyarakat merasakan impact-nya.

Pasar seni kali ini juga memiliki inovasi. Paksi menjelaskan bahwa dalam pasar seni ini ada sebuah misi untuk go green.

Pihaknya menyarankan semua kemasan produk bukan dari plastik. Meskipun demikian, upaya ini diakui FKY memang tidak mudah. Tetapi, FKY saat ini sedang mengarah ke misi tersebut.

Baca juga: Kesenian Nusantara Pikat Hati Warga Tiongkok

“Salah satu kurasinya adalah kita memilih produk yang eco friendly, produk daur ulang, kemasan plastik ditiadakan. Itu coba kami terapkan di FKY, walaupun kami tidak bisa meng-klaim pelarangan plastik. Karena kita sudah memilah sampah kantongnya juga tetap menggunakan trash bag. Kami belum menemukan fasilitas pengganti trash bag dengan harga yang terjangkau juga,” jelasnya.

Sajian berkonten kebudayaan merupakan inovasi yang menonjol dan berusaha ditampilkan dalam FKY 2019 dibandingkan tahun lalu.

“Seperti acara dolanan anak ini, musiknya juga jamuran, ada pengetahuan tradisionalnya. Jadi bukan sekadar pentas, tetapi pentas kamu bawa konten budaya apa. Perbedaan paling signifikannya di situ,” ujarnya.

Mahasiswa Jangan Lewatkan Kesempatan dan Waktu Senggang

Pasca lulus, Paksi bisa disebut sebagai salah satu alumni UGM yang menginspirasi.

Beberapa kali Paksi diundang menjadi narasumber di acara seminar atau workshop di kampusnya, terkait kreativitas mahasiswa.

“Mumpung jadi mahasiswa, waktunya senggang dan dunianya meluas ya jangan hanya di kampus. Kadang-kadang jejaring dan pengalaman itu kita dapatkan di luar kampus,” jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa kuliah memang kewajiban, tetapi sebaiknya jika ada waktu luang diisi dengan kreativitas. Banyak opportunity bisa didapatkan mahasiswa semasa kuliah.

“Kita seringkali tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang keilmuan di kuliah. Untuk itu, pengembangan skill di bidang lain itu perlu,” tandasnya. (Kinanthi)

Baca juga: Menemukan Personal Branding dalam Berseni