Sosiolog UGM: Desa Inklusif Penting Demi Membangun Demokrasi yang Lebih Sehat

296

Baca juga: Ganjar Ajak Masyarakat Gotong Royong Hadapi Krisis dari Desa

Selain itu, desa juga harus mengkombinasikan strategi ekonomi dan budaya, melakukan penguatan jaringan antardesa, membuat terobosan kebijakan, merintis inovasi pemanfaatan dana desa, serta pengembangan forum informal.

Dari berbagai pendekatan tersebut, Arie memperjelas soal dana desa, agar penggunaannya jangan hanya fokus pada pembangunan infrastruktur.

Jika sejak awal desa sudah inklusi, maka kelompok marginal dan rentan tidak akan terabaikan. Namun, yang terjadi sekarang saat pandemi Covid-19 kelompok tersebut justru tereksklusi.

“Kelompok marginal dan rentan bisa terhindar dari eksklusifitas, bila praktik inklusifitas sudah terlembaga dan dilaksanakan secara praksis.”

“Perlu dibangun kultur dan pondasi berupa kebijakan yang mengarah pada inklusifitas desa. Ini bekal kita untuk membangun bangsa yang majemuk,” tuturnya.

Belajar dari desa inklusif, kata Arie, akan memberikan makna untuk membangun demokrasi, sekaligus memberikan penghargaan pada kemajukan atau pluralisme di Indonesia. (Kn/-Th)

Baca juga: Inovasi dan Solidaritas Sosial Kunci Hadapi Krisis