Sosiolog Kriminal UGM Angkat Bicara Soal Klitih di Yogyakarta

1920

Baca juga: Sosok Suami Menlu Retno Marsudi, Hobi Bermusik dan Main Ketoprak

Untuk menangani klitih, Suprapto mengungkap perlunya peran serta dari beberapa lembaga sosial dasar.

Mengutip ahli, dia menerangkan bahwa keluarga menjadi yang pihak pertama yang dapat menanggulangi perilaku klitih.

Pihak keluarga sebaiknya dapat melindungi anak, juga memantau ketika tidak ada di rumah hingga dini hari.

Selain itu, Suprapto menegaskan bahwa keluarga perlu menjadi benteng yang kuat dan awal bagi anak dengan pemberian nilai dan normal.

“Jika keluarga dapat memenuhi fungsi perlindungan, ketika anak-anak mendapat perlakuan kurang baik dari orang lain, ada yang melindungi. Selain itu, kalau anak tidak berada di rumah saat dini hari, keluarga juga wajib memantau, kalau bisa diajak pulang,” ujar Suprapto.

Lembaga pendidikan juga diungkapkan Suprapto memegang peranan penting untuk menanggulangi klitih.

Caranya dengan meninjau ulang soal implementasi kurikulum, salah satunya mengenai penerapan perilaku guna memperkuat karakter siswa.

Baca juga: Alasan yang Bikin Tiongkok Ngotot Cari Ikan di Perairan Natuna

Di sisi lain, sekolah juga perlu menyikapi kegiatan ekstrakurikuler dan pekerjaan rumah, sehingga tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk berlama-lama berkegiatan di luar rumah.

“Ekstrakurikuler baik untuk mengisi waktu remaja secara positif, tetapi jangan sampai membuat mereka keluar rumah di malam hari,” kata Suprapto.

Penanganan klitih, kata Suprapto, mesti dilakukan secara bersama dan tidak hanya dibebankan kepada pemerintah dan kepolisian.

Pembentukan kelompok kerja juga penting guna menampung aduan terhadap klitih.

“Pembentukan pokja cukup penting agar dapat menampung laporan atau memberi perlindungan pada remaja korban klitih. Mari laporkan saja dan selesaikan secara hukum agar lingkaran setan tersebut dapat diurai,” pungkas Suprapto. (Ezra)

Baca juga: Pengakuan Siswa yang Ikut Ganjar Blusukan: Ternyata Jadi Gubernur Tak Enak