Baca juga: Pemilik Moto ‘Ora Pati Pinter Tapi Kagama’ Ini Jadi Lulusan Tercepat
Beberapa pengguna kerap kali menggunakan sentimen identitas dalam unggahannya di media sosial, dan ini menimbulkan kegaduhan.
Vibriza kemudian mengungkapkan solusi guna mengatasi ujaran kebencian dan berita hoax yang terus terjadi di media sosial.
Pendekatan kebhinnekaan atau kewargaan digital dapat digunakan untuk mengatasi persoalan tersebut.
Fokus yang dilakukan adalah upaya mempersiapkan idividu yang melek informasi dan warga yang bertanggung jawab.
Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, perihal hak politik, sosial, dan budaya individu atau kelompok.
Selain itu, perlu pula mengembangkan kesadaran soal kebebasan berbicara dengan memerhatikan implikasi sosial yang muncul.
Guna mengurangi ujaran kebencian dalam bermedia sosial, diperlukan keterampilan untuk memberikan argumentasi yang efektif dan mengartikulasikan keyakinan dan pendapat pribadi.
Baca juga: Pelayanan Kesehatan di Wilayah Terpencil Bengkulu Belum Maksimal
Pendapat pribadi hendaknya juga dilontarkan secara bermartabat.
Menurut Vibriza, keterampilan tersebut perlu dimasukkan dalam pelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah.
Sebagai pengguna, masyarakat perlu mengembangkan kesadaran soal kebebasan berbicara dengan memerhatikan implikasi sosial yang muncul.
Selain itu, warganet hendaknya melek literasi media guna mengembangkan kemampuannya dalam merespon merebaknya pesan-pesan kebencian di media sosial.
Warganet yang melek media mesti sadar etika berkomunikasi, memiliki kemampuan yang cukup dalam menerima, memproduksi dan membagikan muatan berita dalam media daring.
“Sebaiknya warganet meneliti benar tidaknya informasi dan mengecek apakah dalam informasi tersebut bermuatan fitnah atau bahkan anjuran kekerasan,” tulis Vibriza.
Informasi yang berasal dari sumber tak terverifikasi, tidak masuk akal, dan tidak bermanfaat, tak perlu disebarkan karena dapat menimbulkan kegaduhan. (Ezra)
Baca juga: Mengasuh Remaja dengan Tepat Agar Tidak Bermasalah
