Soal Penolakan UAS di UGM, Alumni Sampaikan Dukungan Moril kepada Rektorat UGM

508
Jumpa pers Alumni UGM dan Forum Madani Menolak Politisasi Agama di Kampus. Foto: Kinanthi
Jumpa pers Alumni UGM dan Forum Madani Menolak Politisasi Agama di Kampus. Foto: Kinanthi

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Dewasa ini paham radikal sudah mengarah pada pergantian ideologi, mengganti Pancasila menjadi sesuatu yang lain.

Paham tersebut bahkan sampai berkembang di lingkungan kampus.

Hal ini disampaikan oleh Agung Wibawanto, alumnus FISIPOL UGM angkatan 1989 dalam siaran pers Alumni UGM dan Forum Madani Menolak Politisasi Agama di Kampus, pada Jum’at (11/10/2019) di University Club UGM.

Agung mengamati, seruan soal paham khilafah sudah disampaikan secara terbuka di media sosial maupun institusi pendidikan.

Beberapa waktu lalu, pihak rektorat UGM manyatakan sikap menolak acara ceramah Ustaz Abdul Somad (UAS) di Masjid Kampus UGM.

Ketua Takmir Masjid Kampus UGM, Mashuri Maschab membeberkan, pihak rektorat UGM didesak oleh alumni agar melakukan penolakan tersebut.

Nah, siapa alumni yang dimaksud? Itu katanya beliau sudah jujur. Kalau begitu beliau juga harus jujur bahwa dirinya pernah menjadi wakil ketua dalam kepengurusan salah satu parpol di DIY, kalau tidak salah 2015-2019. Apakah ingin menyampaikan suara umat atau menyampaikan suara siapa?” ujar Agung.

Untuk itu, kata Agung, secara tegas rektorat UGM tidak menghendaki.

Baca juga: Ayu Belajar Toleransi dari UKM Tari Bali

Agung mengatakan, UAS dinilai sebagai sosok yang kontroversial.

“Bukan berarti UGM tidak setuju pada person, tetapi lebih kepada narasi yang dia sampaikan selama ini. Mengajarkan pada paham khilafah dan menjelek-jelekan agama lain,” ujarnya.

Terkait situasi itu, alumni UGM merasa diadu domba, antara alumni dengan rektorat maupun alumni dengan masyarakat, umat, atau jamaah masjid.

Sementara itu Yuni Satia Rahayu, alumnus FIB UGM angkatan 1987 menjelaskan, penolakan UGM tersebut disebabkan ada perbedaan yang terdapat dalam izin dengan apa yang dilakukan oleh takmir masjid.

“Ada diskusi kemudian ceramah. Dan itu beda dengan izin yang disampaikan ke rektorat,” tandasnya.

Dikatakan Yuni, alumni merasa keberatan jika Masjid Kampus UGM digunakan untuk tujuan yang berbeda dengan sejarah berdirinya masjid itu.

Sejatinya masjid merupakan tempat untuk memfasilitasi warga masyarakat beribadah.

Namun, dalam perkembangannya masjid digunakan untuk tujuan politik yang jauh dari nilai-nilai Pancasila.

Baca juga: Riwayat Jogja sebagai Kota Batik Dunia