Sikap Agile dalam Perilaku Penting untuk Membentuk Budaya Tatanan Baru

1492

Baca juga: Denni Puspa Purbasari: Kartu Prakerja Bukan Bantuan Sosial

Perilaku merupakan hasil dari proses belajar serta timbal balik berkesinambungan. Yakni antara kognitif (pengetahuan) dan pengaruh lingkungan.

Dengan demikian, jika ingin membuat suatu perilaku baru, seseorang harus belajar dan mengkondisikan pengetahuan yang dimiliki beserta lingkungannya.

Hal itu diterapkan Yuli kala membina karyawan perusahaan tambang dalam mengarungi gejolak pasar selama kurun 17 tahun.

Jika hal ini dikaitkan dengan pandemi, seseorang harus sadar bahwa perilaku normal yang kemarin tidak akan lagi dapat dilakukan.

“Pertanyaannya adalah, ketika aturan berubah, ada norma-norma yang berubah, apakah perilaku kita sudah sesuai?” ujar Yuli.

Baca juga: KAGAMA Bengkulu Beri Edukasi kepada Masyarakat untuk Olah Sampah Jadi Pupuk Organik

Menurut Yuli, suatu perilaku baru bisa menjadi kebiasaan dan budaya jika beberapa faktor dipenuhi.

Di antaranya adalah pengetahuan, sarana prasarana, sistem aturan yang jelas, penegakan hukum, dan adanya role model.

Selain itu, Yuli menyebut perlunya langkah pengondisian penguatan dan evaluasi.

Adapun pengondisian dan penguatan dilakukan dalam masa sosialisasi. Sedangkan penguatan hingga evaluasi dilakukan pada tahap internalisasi.

“Yang terpenting dalam fase sosialisasi adalah memberikan pemahaman hingga terjadi pergeseran paradigma. Paradigma lama menjadi paradigma baru,” tutur Yuli.

Baca juga: Ganjar Dorong Lahirnya Entrepreneur Lewat Kartu Prakerja