Sikap Agile dalam Perilaku Penting untuk Membentuk Budaya Tatanan Baru

1486

Baca juga: Pendekatan yang Harus Dipakai untuk Menuju Budaya Tatanan Baru

Namun sikap yang ditunjukkan setelahnya adalah yang membedakan kedua kelompok.

“Gumuners ujung-ujungnya bilang ‘Aku tidak mungkin bisa seperti itu’. Sehingga yang ada dalam hati mereka adalah tidak ada usaha atau upaya,” ujar Yuli.

“Mungkin, mereka malah menolak, tidak nyaman, dan merasa tidak mampu,” terangnya.

Sementara itu, lanjut Yuli, yang ada dalam pikiran seorang gamers adalah bagaimana caranya untuk mengatasi tantangan.

Tantangan dipandang seorang gamers sebagai keadaan yang mesti diterima dan dipecahkan.

Baca juga: Sekjen KAGAMA: Perubahan Kebiasaan Baru Butuh Paham Sosial-Budaya Masyarakat

Yuli pun yakin, cara pandang yang berbeda dalam melihat suatu permasalahan berpengaruh pada aksi (perilaku) yang dimunculkan.

Sehingga, lanjut Yuli, semuanya tergantung pada diri masing-masing untuk menghadapi situasi seperti sekarang ini.

“Kita yang mau mengendalikan situasi ini atau kita yang dikendalikan oleh situasi ini,” tutur Yuli.

“Atau istilahnya apakah kita akan menjadi korban atau pahlawan atas perubahan ini,” sambung Wakil Direktur IV Bidang SDM dan Kemahasiswaan Politeknik Manufaktur Astra tersebut.

Dijelaskan Yuli, pengelolaan perilaku penting dalam membangun sebuah agility.

Baca juga: Strategi Perbankan Indonesia Bertahan di Tengah Pandemi