Sertifikasi pada Produk Kehutanan Bisa Jadi Koheren dengan Kepentingan Kapital

294

Baca juga: Dubes Salman Tunjuk Konsul Kehormatan untuk Perkuat Diplomasi Ekonomi Indonesia di Afrika Selatan

Webinar yang digelar pada Kamis (8/10/2020) ini mengambil tema Politik Perdagangan Internasional: Pangan, Pasar, dan Hutan?

Apa yang diutarakan Hero coba dijawab oleh Guru Besar Fakultas Kehutanan UGM, Prof. Dr. Ahmad Maryudi, S.Hut., M.For.

Yudi, sapaannya, menjelaskan, sejak akhir dekade 80-an, memang ada dua tren yang berkembang: globalisasi dan internasionalisasi.

Globalisasi singkatnya adalah peningkatan intensitas perdagangan antarnegara.

Sedangkan internasionalisasi adalah upaya menghubungkan sistem pranata global dengan domestik.

Baca juga: Lulusan Magister HI UGM Ini Pilih Bangun Pendidikan di Timor-Leste ketimbang Jadi Staf Kedutaan

“Dua tren ini tampaknya coba disinergikan dalam bentuk berbagai hal. Ini juga tidak luput dengan adanya konteks diskursus neoliberalisme,” kata Yudi.

“Neoliberalisme secara singkat adalah upaya mendorong pasar untuk mengatur tingkah laku society.”

“Dalam diskursus ini, juga ada upaya untuk meminimalkan peran institusi negara,” jelas pria yang lulus dari Fakultas Kehutanan UGM pada 1998 ini.

Yudi melihat, tren neoliberalisme ditandai dengan munculnya sistem pranata (norma dan regulasi) di luar dari institusi negara. Akan tetapi dari perkumpulan volunter dan mekanisme pasar.

Misalnya, dalam dunia kehutanan, adalah sertifikasi hutan lestari pada awal 90-an yang diupayakan agar diadopsi berbagai negara.

Baca juga: Melihat Peluang Ketahanan Pangan dari Modal dan Potensi Terkini Hutan Indonesia