Separuh Wilayah Purworejo Dulunya adalah Semarang Suwung

3569

Baca juga: KAGAMA Balikpapan Gagas Produk Sambal Bahari Khas Balikpapan

Berkat keputusan ini, gerakan oposisi di Patu pun reda. Bahkan, trah Ki Ageng Penjawi, penguasa Pati, tetap diperlakukan terhormat oleh Kesultanan Mataram.

Tak lama berselang, Adipati Pragola dan para pengikutnya ditugasi untuk memimpin wilayah di pegunungan Menoreh dan aliran Sungai Bogowonto.

Sebagian besar pengikut Pragola berasal dari Kota Semarang. Latar belakang pengikut Pragola ini yang kemudian mengungkap asal usul penamaan Kadipaten Semawung.

“Ketika ikut gerakan (oposisi) Pati, rumah mereka sering suwung,” ujar Purwadi.

“Oleh karena itu, pemukiman baru di sekitar gunung Menoreh dan Kali Bogowonto dinamakan Semarang suwung. Disingkat menjadi Semawung,” jelas alumnus Fakultas Filsafat dan Fakultas Ilmu Budaya UGM ini.

Baca juga: Dosen Ilmu Tanah UGM Bagikan Tips Bercocok Tanam Tanpa Pupuk Tambahan dan Ramah Lingkungan

Kepemimpinan di Semawung berlanjut saat Pragola menyerahkan jabatannya kepada sang anak, Raden Mas Djoemantoko I, pada 1604.

Sejak Djoemantoko I memimpin, Semawung maju pesat. Atas usul Prabu Hanyakrawati, nama Semawung juga disebut Kutoarjo, serupa dengan ibu kotanya.

Kuto berarti wilayah perkotaan yang berfungsi untuk menjalankan roda pemerintahan. Arjo berarti sejahtera lahir batin.

Raihan mengesankan juga ditunjukkan oleh Djoemantoko II dan Djoemantoko III.

Di bawah kepemimpinan mereka, perkebunan dan pertanian di kadipaten ini tumbuh menggembirakan. Sementara itu, kesenian dan kesusasteraan tampil mengagumkan.

Baca juga: Detektor Covid-19 Karya Peneliti UGM Bisa Beri Hasil 95 Persen Akurat