Seorang Dokter Sangat Tidak Mudah untuk Mengcovidkan Pasien

681

Baca juga: Pakar Transportasi Alumnus UGM: Desa Selalu Jadi Penyelamat Kehidupan Kota

Jadi, menurut Joko, jika ada pasien yang seolah-olah dicovidkan, maka sebetulnya sejak awal dokter punya diagnosis yang kemungkinan mengarah ke covid secara klinis.

Hanya, sebelum hasil tes swab atau tes PCR keluar, pasien sudah meninggal terlebih dahulu.

“Pertanggungjawaban hal ini (diagnosis) tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Sehingga, ini tidak main-main,” tutur Joko.

Di sisi lain, Joko tak menyangkal bahwa klaim rumah sakit kepada BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) dan Kemenkes (Kementerian Kesehatan) untuk mendapatkan biaya ganti memang tidak mudah.

Sebab, pencairan klaim tidak bisa secara real time. Dalam hal ini, dana pencairan tidak pasti bisa dicairkan bulan depan, meski pasien sudah masuk rawat bulan ini.

Baca juga: Launching Canthelan Keempat KAGAMA Bengkulu, Rohidin Mersyah Sampaikan Pesan Motivasi

Kasus yang demikian bagi Joko membuat pihak rumah sakit akan kerepotan. Hanya, dokter harus kembali pada tugasnya yang fokus untuk menyembuhkan pasien.

Bukan terus-terusan memperhatikan hasil lab yang fungsinya ‘hanya’ sebagai pemeriksaan penunjang .

“Mengapa? Karena dokter adalah seorang klinisis. Jadi, meski belum ada penunjang, kalau dokter yakin bahwa itu Covid berdasarkan diagnosis kerja, maka itu kompetensinya,” kata Joko.

Data yang dirujuk Joko menyebut, adanya pandemi Covid-19 justru menimbulkan dampak yang tidak begitu baik bagi rumah sakit.

Kunjungan rumah sakit memang meningkat karena Covid-19, tetapi pendapatannya malah menurun.

Baca juga: Teten Masduki di KIB XV: UMKM adalah Critical Engine untuk Menggerakkan Ekonomi