Sektor Pendukung Harus Saling Terkoneksi untuk Majukan Pariwisata

182

Baca juga: Ganjar Pranowo Lantik Pengda KAGAMA Sulawesi Utara

Demikian juga dari sisi infrastruktur, keberadaan jalan tol sangat dibutuhkan sebagai pendukung peningkatan pariwisata.

Presiden Komisaris PT Jasa Marga Sapto Amal Damandari menjelaskan pembangunan jalan tol tidak mudah, butuh pendanaan yang kuat.

“Harus betul-betul efisien pendanaannya. Karena sekarang mencari bunga yang relatif bagus juga agak susah,” ujar alumnus FEB UGM itu.

Jalan tol, kata Sapto, meningkatkan aksesibilitas wisatawan dalam menjangkau destinasi wisata dengan lebih cepat, ketat, dan aman.

Dalam waktu dekat pihaknya akan merealisasikan pembangunan tol Bawen-Jogja dan Solo-Jogja.

Seminar Membangun Logistik dan Transportasi, Manajemen Rantai Pasok dan Logistik yang Handal di Jawa Tengah dan DIY. Foto: Kinanthi
Seminar Membangun Logistik dan Transportasi, Manajemen Rantai Pasok dan Logistik yang Handal di Jawa Tengah dan DIY. Foto: Kinanthi

Baca juga: FK-KMK dan Kagamadok Gelar Konser Amal untuk Bangun Kota Difabel

“Oleh sebab itu, bisa kita simpulkan, pariwisata mutlak membutuhkan dukungan infrastruktur, termasuk jalan tol,” tandas Sapto.

Sementara dari sisi story telling objek wisata, Direktur Utama PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero) Edi Setijono menjelaskan, wisata candi pada umumnya dikembangkan tanpa sentuhan hal-hal yang berbau teknokratis.

Dikatakan oleh Tio, pihaknya menggunakan beberapa perspektif untuk mengembangkan wisata candi.

Pertama, dari sisi sejarah, candi menyimpan histori yang hingga saat ini masih menjadi perdebatan, mulai dari ilmiah sampai mistis.

Kedua, dari sisi misi, candi pastinya dibangun pada zaman pemerintah yang sangat powerfull dan memberi dukungan ekonomi yang besar.

Baca juga: Seminar Nasional III pra-Munas KAGAMA Soroti Kesehatan Indonesia Hadapi Revolusi Industri 4.0

Ketiga, dari sisi keilmuan, Candi Borobudur khususnya jangan hanya diliat sebagai monumen, tetapi kesempatan bagi kita untuk flashback lagi tentang Candi Borobudur.

“Candi Borobudur merekam keberhasilan bangsa untuk generasi masa depan. Sesuatu yang legend pada zamannya,” jelas alumnus Teknik Arsitektur UGM itu.

Seiring dengan perkembangan di era digital, kata Tio, tidak semua destinasi wisata siap melakukan standardisasi.

“Seperti dalam konteks joglosemar itu, kita tahu pemerintah gencar sekali melakukan pembangunan infrastruktur. Katanya tidak ada alasan lagi untuk tidak berhasil,” ujarnya.

Untuk itu, satu strategi yang bisa dilakukan adalah pengintegrasian.

Tio bersama timnya menyebut ini sebagai smart destination, bagaimana perkembangan teknologi bisa menjadi bagian dari destinasi. (Kinanthi)

Baca juga: Seminar Nasional III pra-Munas KAGAMA Soroti Kesehatan Indonesia Hadapi Revolusi Industri 4.0