Sekjen KAGAMA: Perubahan Kebiasaan Baru Butuh Paham Sosial-Budaya Masyarakat

404

Baca juga: Terpilih Jadi Ketua Umum KAHIGAMA, Nia Sarinastiti Bertekad Rangkul 6 Dekade Alumni

“Jika kita bicara tentang pengelolaan perilaku, berarti kita juga bicara soal sejarah wabah, pandemi, dan bencana alam. Ini sebetulnya memuat ingatan kolektif kita terhadap peristiwa-peristiwa masa lalu dan inilah yang dibangkitkan kembali,” ujar Ari.

Termasuk berbagai pandangan dari para antropolog dan sosiolog, menurutnya sangat penting dalam mempersiapkan masyarakat untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru.

“Jangankan dalam jangka pendek, dalam jangka panjang pun perubahan perilaku membutuhkan suatu kolaborasi antar berbagai disiplin keilmuan. Saya yakin UGM bisa memfasilitasi pembahasan ini,” ungkap alumnus Departemen Politik dan Pemerintahan UGM itu.

Baca juga: Tiga Alumnus Fakultas Teknik UGM Isi Kursi Jajaran Direksi PT Pembangkitan Jawa Bali

Pendekatan Multi Jalur

Kemudian yang tak kalah penting juga yaitu membahas strategi multi jalur. Ari mengatakan, perubahan perilaku memerlukan kombinasi proses pembudayaan dengan edukasi terus menerus.

Edukasi tersebut dikombinasikan dengan penerapan kerangka sistem yang mengkondisikan perubahan perilaku masyarakat.

“Kerangka sistem ini juga berfungsi untuk memastikan masyarakat disiplin menjalankan tatanan baru. Misalnya kerangka sistem di area publik dan ruang-ruang lain, sehingga ruang pembudayaan itu tersedia dengan baik,” jelasnya.

Baca juga: KAGAMA Pekanbaru Jalin Kerja Sama dengan Pemkot Setempat untuk Atasi Dampak Corona