Saran Nawa Murtiyanto bagi Para Pendaki Gunung di Masa Pandemi

1295

Baca juga: Cerita Diaspora KAGAMA tentang Penerapan Normal Baru di Perguruan Tinggi Korea Selatan

“Kemudian memastikan kelengkapan bekal dan peralatan, membawa masker dan hand sanitizer sendiri-sendiri, menyiapkan skenario respon darurat jika anggota tim memiliki gejala Covid-19, meminimalkan penggunaan transportasi umum, meminimalisir transit, membuat skenario perjalanan, serta meminimalisir penggunaan parfum dan menyiapkan uang kas untuk pembayaran tunai,” jelasnya.

Sementara ketika sudah di basecamp, para pendaki juga harus meminimalisir interaksi dengan orang lain, membawa alat tulis sendiri untuk registrasi pendakian.

Jika menginap, lebih baik mendirikan tenda di area terdekat dengan basecamp atau lokasi-lokasi yang diperbolehkan untuk mendirikan tenda.

Ketika sudah mulai melakukan pendakian, Nawa mengingatkan pendaki agar jangan lupa melakukan tegur sapa kepada warga sekitar tanpa dengan menjaga jarak, misalnya lambaian tangan atau anggukan kepala.

Kemudian menjaga jarak dengan kelompok lain, meminimalisir kontak anggota tubuh dengan benda-benda di sekitar lingkungan pendakian, pastikan tenda yang didirikan memiliki sirkulasi udara baik, mengusahakan membawa perlengkapan sendiri sehingga tidak perlu bergantian dengan teman.

Baca juga: Orang Indonesia Harus Berani Kuliah di Harvard

Setelah kembali dari puncak ke tempat keberangkatan, pemimpin kelompok wajib memantau kesehatan anggota tim selama 14 hari, meminimalisir interaksi dengan orang lain, memastikan kebersihan peralatan dengan penyemprotan disinfektan atau pembersih lainnya yang tepat.

“Pandemi ini memberikan keresahan bagi teman-teman pendaki. Sebelumnya, prinsip kebersamaan selalu dikuatkan setiap kali berpetualang.”

“Nah, ini bertentangan dengan protokol kesehatan saat ini yang mewajibkan kita untuk menjaga jarak. Pendaki juga perlu mengupayakan rasa kebersamaan tetap kuat di masa pandemi,” tutur pria yang pernah manjabat sebagai Koordinator Lapangan Kelompok Studi Kawasan Merapi itu.

Pendekatan komunal dengan keterlibatan emosi pendaki kata Nawa menjadi penting dalam kegiatan pendakian, yang diwujudkan dalam kuatnya persahabatan.

Baca juga: Prihatin Para Tetangga Terdampak Pandemi, Rimbawati UGM Ini Pasang Canthelan di Desa Singosaren, Bantul

Segala kegiatan yang menjadi bagian dari pendakian memang harus dikurangi intensitasnya.

Supaya mendapatkan manfaat yang maksimal, maka perlu tingkatkan efektivitas kegiatan.

“Manajemen dan prosedur yang Saya sampaikan masih umum, belum bersifak khusus dan mengikat.”

“Untuk itu, dipersilahkan bagi siapapun yang berkapasitas untuk membuat manajemen dan prosedur pendakian selama pandemi, berdasarkan ketersediaan sumber daya untuk manajemennya dan aspek legalitas untuk prosedurnya,” tandasnya. (Kn/-Th)

Baca juga: KAGAMA Bali Gelar Pameran Seni Rupa sebagai Refleksi Masa Pandemi