Saran Nawa Murtiyanto bagi Para Pendaki Gunung di Masa Pandemi

1295

Baca juga: Berdayakan Warga Terdampak Covid-19, KKN UGM Daring Kembangkan Agro-Edu-Wisata di Bantul

Tetapi, di sisi lain mereka ragu untuk pergi, karena sejauh ini belum ada informasi utuh mengenai protokol kesehatan dalam mendaki gunung.

Kemudian di saat yang sama, ada ancaman internal yaitu, dari kemampuan diri si pendaki secara fisik, pengetahuan, dan mentalnya.

Selain itu, masih ada ancaman eksternal berupa peralatan, perlenggkapan, dan bentang alam.

“Di antara pandemi dan pendakian, keselamatan jelas harus diutamakan. Keselamatan tersebut bisa dicapai berdasarkan kapasitas (keterampilan, pengetahuan, sikap), peralatan (segala peralatan pendakian yang memenuhi standar), dan kesempatan (timing tepat untuk mendaki gunung),” ujar alumnus FISIPOL UGM itu.

Nawa bertutur, manejemen dan prosedur jelas memainkan peran penting juga dalam keselamatan. Tujuan dari adanya manajemen pendakian adalah untuk meminimalisir risiko kecelakaan.

Baca juga: Apa Saja Kegiatan yang Ingin Dilakukan Masyarakat Saat Pembatasan Sosial Berakhir?

Sedangkan prosedur lebih berorientasi pada teknis, misalnya dengan membuat jadwal kegiatan untuk memastikan tidak adanya kelalaian.

Ruang lingkup keselamatan pendakian di masa pandemi, kata Nawa, sejatinya menggabungkan prinsip-prinsip keselamatan pendakian (disiplin dan saling mengingatkan) dan protokol pencegahan penularan Covid-19.

Nawa menjelaskan, pedoman pendakian secara umum harus dijalankan dengan baik, yakni memenuhi prosedur dan menjalankan protokol kesehatan dalam pendakian dan pencegahan Covid-19.

Para pendaki juga perlu memastikan kesehatan anggota tim, meminimalisir interaksi dengan teman anggota tim dan lingkungan sekitar, peralatan pendakian dalam kondisi bersih, serta menciptakan efisiensi waktu dan durasi kegiatan.

“Pedoman ini diterapkan sebelum dan saat pendakian. Sebelum pendakian, para pendaki memilih lokasi dan rute perjalanan yang tidak masuk dalam zona merah, memastikan prosedur penanganan Covid-19 yang tepat, memantau kesehatan tim selama 14 hari termasuk riwayat mobilitasnya, serta meminimalisir interaksi dengan orang di luar tim.”

Baca juga: Berbagai Kerja Sama yang Harus Dikuatkan Lewat Hubungan Bilateral Indonesia-AS