Sahid Susanto Muda, Rajin Bantu Orang Tua Berdagang Sampai Jadi Sopir Angkutan

1917

Baca juga: Laporan Terkini Aksi Kagama Peduli Banjir, Galang Dana sampai Rp127 Juta

Tak Sempat Mengikuti Organisasi

Masih di masa yang sama, Sahid selama menjadi mahasiswa sampai tidak sempat mengikuti organisasi.

Waktu luang Sahid, terutama di akhir pekan, dia gunakan untuk membantu orang tuanya yang profesinya sebagai pedagang pakaian di pasar di sekitar Kabupaten Wonosari.

Sahid dan keluarganya tinggal di Wonosari, Gunungkidul.

Pria yang saat ini menjabat sebagai Kaprodi S2 Teknik Pertanian ini, memilih ngekos, karena jarak rumahnya dengan kampus UGM cukup jauh jika harus melaju.

Diakui Sahif, ngekos jaman dulu sangat berbeda dengan sekarang.

Air untuk mandi cuci harus menimba sendiri dari sumur, cuci dan setrika pakaian sendiri, masak sendiri.

Setiap Sabtu sore, Sahid sudah bergegas pulang ke rumah dengan sepeda motornya.

Baca juga: Apa Saja yang Dirasakan Anak Ketika Melihat Orang Tuanya Bertengkar?

Hari Minggu, Sahid gunakan waktunya sepanjang hari untuk membantu berdagang dengan orang tua.

Pagi hingga siang hari, Sahid bantu orang tuanya berdagang pakaian di pasar.

Selesai dengan kewajibannya, Sahid kemudian  juga membantu ekonomi keluarga dengan cara lain yaitu jadi sopir mobil angkut milik orang tuanya.

Jenis angkutan umum yang Sahid gunakan waktu itu adalah mobil pick up.

Waktu itu, belum ada larangan mobil pick up dijadikan sebagai angkutan umum.

Dibantu temannya yang menjadi kernet, Sahid sebagai sopir melakukan perjalanan antar kecamatan untuk mengantarkan para penumpang.

Beberapa kali juga, mereka berhenti “tetek” di terminal untuk mencari penumpang lebih banyak.

“Tapi jalanan antar Kecamatan di Wonosari belum sebagus dulu. Sekarang semua sudah serba nyaman,” ungkap dosen yang menempuh studi S3-nya di Kyoto University, Jepang.

Baca juga: Alumnus Sosiologi UGM Ini Jadi IRT yang Sukses Kembangkan Kopi Baringga