Rizali Hadi Ingin Tingkatkan PAD Kutai Timur Melalui Sektor Pariwisata

776

Baca juga: Menjadi Bagian Kekuasaan, Ujian Besar untuk Kaum Intelektual

Ia ingat betul, sehari setelah ujian pendadaran dan dinyatakan lulus, Soeharto lengser keprabon dari kursi kepresidenan.

“Zaman itu mau gak mau keadaan memaksa Saya harus ikut demo. Saya ingat betul ada panser masuk kampus. Waktu itu Pak Amien Rais juga masih mendampingi mahasiswa. Lalu, bersama Pak Rektor, mahasiswa UGM kumpul di Keraton. Ngeri situasinya. Zaman itu, segala sesuatu yang berbau Orba dihancurkan, mulai dari rumah Harmoko sampai show room Timor milik Tommy Soeharto,” tutur Rizali.

Terkesan dengan Kesederhanaan Mahasiswa UGM

Uniknya, meski hidup di era yang penuh dengan huru-hara, kenangan paling berkesan bagi Rizali selama menjalani kehidupan di luar perkuliahan bukanlah demonstrasi atau pengrusakan terhadap simbol-simbol Orba.

Rizali justru terkesan dengan kesederhanaan mahasiswa UGM.

Kata Rizali, di era itu belum banyak mahasiswa UGM yang datang ke kampus dengan mengendarai mobil.

Rata-rata mereka ke kampus dengan sepeda atau jalan kaki.

Bahkan, kawan Rizali, anak dari Gubernur Bengkulu, merasa malu jika harus mengendarai mobil yang diberikan ayahnya untuk berangkat ke kampus.

Baca juga: Fokus dan Dorongan dari Luar, Alternatif Maksimalkan Reformasi Birokrasi

Selain terkesan dengan kesederhanaan mahasiswa UGM, Rizali juga masih teringat perjuangannya menemani sang istri yang sedang hamil tua.

Sejak usia kandungan genap 7 bulan, istri Rizali pulang dari Jogja ke kampung halaman di Kalimantan Timur.

Rizali tentu merasa was-was menunggu kelahiran anaknya.

Oleh sebab itu, tiap Subuh ia mengunjungi wartel di Cemara Tujuah guna memantau perkembangan istrinya dan janin yang dikandungnya.

“Dulu belum ada smart phone, jadi tiap subuh saya harus ke Cemara Tujuh, cari wartel yang murah. Gara-gara belum ada smart phone saya juga tidak bisa menyimpan nomor teman-teman kuliah saya dari Timor-Timur. Padahal kalau sudah ada smart phone sekarang Saya bisa menghubungi mereka di tempat yang namanya sudah berubah jadi Timor Leste,” ujarnya sambil terkekeh.

Baca juga: Tiga Mahasiswa UGM yang Merasakan Jeruji Penjara akibat Mendukung Reformasi

Ingin Tingkatkan PAD Kutim Melalui Sektor Pariwisata

Sejak Februari 2019, Rizali dipercaya menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Timur.

Dengan jabatan barunya, ia ingin sektor pariwisata meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan masyarakatnya.

Oleh karena itu, tiap kali ada rencana pembangunan ia berpesan harus diperhitungkan dengan cepat untung-ruginya.

“Jangan sampai sudah dibangun mahal-mahal, tapi pengunjung sepi, sehingga keuntungan urung diraih,” ungkapnya.

Untungnya, Rizali percaya bahwa pemerintah setempat mendukung mimpinya.

Menurut penuturannya, Bupati Kutai Timur H. Ismunandar selalu mempromiskan pentingnya pemajuan sektor pariwisata tiap kali datang ke Musrembang.

“Pak Bupati sudah mendukung. Kami juga ingin meningkatkan kesadaran masyarakat sebagai bagian dari pengembangan sektor wisata. Jangan sampai wisatawan datang, tapi masyarakat gak tahu bagaimana cara melayani mereka. Mind mapnya sudah disusun. Harapannya 2020 sudah mulai jalan,” pungkasnya. (Venda/Taufiq)

Baca juga: Manifesto Politik Pemuda Indonesia Pertama Dibuat di Belanda