Rimbawan KAGAMA Ini Berharap Omah Elabu Menjadi Destinasi Wisata Baru di Gunungkidul

1831
Rimbawan KAGAMA, Dr. Transtoto Handadhari meresmikan Warung Elabu di Pendopo Gebyar Lintang, kompleks Omah Elabu, Patuk, Gunung Kidul. Foto: Taufiq
Rimbawan KAGAMA, Dr. Transtoto Handadhari meresmikan Warung Elabu di Pendopo Gebyar Lintang, kompleks Omah Elabu, Patuk, Gunung Kidul. Foto: Taufiq

KAGAMA.CO, GUNUNGKIDUL – Rimbawan KAGAMA, Dr. Transtoto Handadhari meresmikan Warung Elabu di Pendopo Gebyar Lintang, kompleks Omah Elabu, Patuk, Gunungkidul.

“Selain Warung Elabu, kawasan ini secara berkelanjutan akan dikembangkan.”

“Ada Gedung pertemuan, penambahan kamar penginapan, spot-spot unik untuk selfi, serta wahana permainan untuk anak-anak,” ujarnya pada Sabtu (6/3/2021).

Menu yang disajikan di Warung Elabu antara lain Brongkos, Jangan Lombok, Gereh Pindang, dan Tahu Bacem.

Ada juga sate-satean, aneka sambal, camilan, serta minuman jamu yang diproduksi langsung oleh warga lokal.

Warung Elabu buka mulai pukul 14.00-21.00 WIB.

Rimbawan KAGAMA, Dr. Transtoto Handadhari meresmikan Warung Elabu di Pendopo Gebyar Lintang, kompleks Omah Elabu, Patuk, Gunung Kidul. Foto: Taufiq
Rimbawan KAGAMA, Dr. Transtoto Handadhari meresmikan Warung Elabu di Pendopo Gebyar Lintang, kompleks Omah Elabu, Patuk, Gunungkidul. Foto: Taufiq

Baca juga: Cerita Gede Mantrayasa, Bangun Kebun Berdaya sebagai Sumber Pangan dan Ruang Kreatif Masyarakat

Alumnus Fakultas Kehutanan UGM itu berharap, Warung Elabu beserta satu kawasan seluas kurang lebih 2 hektar tersebut menjadi destinasi wisata baru di Gunungkidul.

Meskipun, kata dia, usai dibeli pada 2008 lalu, pada tahun yang sama kawasan tersebut sudah cukup dikenal di laman pencarian daring.

Lokasinya pun strategis. Dari pintu gerbang Kabupaten Gunungkidul, tampak perempatan kantor polisi.

Dari sana, pengunjung belok ke kanan arah Dlingo. Lurus saja dan ikuti jalan, Omah Elabu hanya sekitar 200 meter, di sebelah kanan jalan.

“Begitu beli tanah, saya bangun rumah, langsung saya beri nama. Dulu saya beri baliho ‘Omah Elabu.’ Itu sudah saya pasang 10 tahun yang lalu,” ujar lulusan Fakultas Kehutanan UGM tahun 1977 itu.

Dirut Perum Perhutani 2005-2008 itu berkisah, awalnya Omah Elabu adalah hamparan tanah gersang.

Namun begitu, pengalamannya sebagai rimbawan pemikir, serta telah lama malang melintang di dunia kehutanan tak membuatnya kesulitan untuk menghijaukan Omah Elabu.

Baca juga: Alumni Psikologi UGM Angkatan ’83 Luncurkan Buku Perjalanan Hidup Satu Angkatan