Rika Fatimah: Pandemi Covid-19 Mengembalikan Fitrah Bisnis yang Memanusiakan Manusia

744

Baca juga: Guru Besar Fakultas Farmasi UGM: Kalung Eucalyptus Bukan Obat Utama Covid-19

Di tahun tersebut, Korsel mencanangkan gerakan komunitas baru atau gerakan desa baru, yang disebut Saemaul Undong.

Sementara Indonesia punya gerakan serupa yaitu gotong royong, sudah ada sejak sebelum masehi.

Saemaul Undong diperkenalkan di DIY pada tahun 2008. Gerakan gotong royong yang datang dengan bahasa Korea ini, kata Rika, lantas menjadi peringatan bagi masyarakat DIY untuk melestarikan budaya gotong royong.

“Dalam isu-isu kebudayaan sosial, nilai-nilai gotong royong masih kuat dan menjadi aset,” ujarnya.

Selain kebaruan dari gotong royong, G2R Tetrapreneur juga menciptakan kebaruan lainnya. Seperti mengajak seluruh UMKM untuk bersatu melalui BUMDesa.

Baca juga: Ganjar Berharap KAGAMA Pertanian Jawa Bagian Barat Jadi Garda Terdepan Kemandirian Pangan

“BUMDesa menjadi kekuatan desa dan desa harus berwirausaha. Termasuk birokrasi, regulasi, dan kebijakan terkait kewirausahaan harus diperjuangkan,” ungkapnya.

Rika melanjutkan, gerakan gotong royong wirausaha desa dalam G2R Tetrapreneur berbasis 4 pilar, antara lain rantai (Tetra 1), pasar (Tetra 2), kualitas (Tetra 3), dan merek wirausaha (Tetra 4) untuk mengangkat kemandirian dan kewibawaan produk desa menjadi ikon-ikon dunia.

Tetra 1 yakni penciptaan rantai yang tertutup. Masyarakat diimbau untuk memberdayakan lingkungan sekitar. Misalnya, membeli barang-barang kebutuhan di tetangga.

“G2R Tetrapreneur mulai melakukan penentuan produk-produk unggulan. Baru setelah itu dilakukan launching produk unggulan tersebut,” jelas Rika.

Sebelum masuk ke pasar kompetisi, menurut Rika UMKM perlu lebih dulu belajar berwirausaha di pasar non kompetisi.

Baca juga: Buka Konferensi Forum Rektor Indonesia, Presiden Joko Widodo Titip Empat Hal