Resmikan Gedung Pemerintahan dan Jembatan, Gabriel Asem: Kita Bangun Tambrauw dari Nol

499
Bupati Tambrauw alumnus UGM, Gabriel Asem meresmikan tiga gedung pemerintahan dan satu jembatan bersamaan dalam momen Hari Jadi ke-12 Tahun Kabupaten Tambrauw. Foto: Humas Kab Tamrauw
Bupati Tambrauw alumnus UGM, Gabriel Asem meresmikan tiga gedung pemerintahan dan satu jembatan bersamaan dalam momen Hari Jadi ke-12 Tahun Kabupaten Tambrauw. Foto: Humas Kab Tamrauw

KAGAMA.CO, TAMBRAUW – Masih tergambar jelas dalam ingatan Gabriel Asem kala momentum bersejarah menghampiri dirinya pada 29 Oktober 2011.

Gebi, sapaan akrapnya, dilantik menjadi bupati pertama Kabupaten Tambrauw, Papua Barat.

Tambrauw, yang dulunya merupakan bagian dari wilayah Sorong dan Manokwari, tak punya apa-apa selain hutan, perbukitan, serta pantai.

“Infrastruktur jalan dan telekomunikasi untuk menjangkau ke sana belum ada. Begitu pula dengan air dan listrik,” kenang Gebi kepada Kagama.

Hal itu dia sampaikan usai memimpin upacara dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-12 Tahun Kabupaten Tambrauw yang jatuh pada Kamis (29/10/2020) lalu.

Bupati Tambrauw alumnus UGM, Gabriel Asem meresmikan tiga gedung pemerintahan dan satu jembatan bersamaan dalam momen Hari Jadi ke-12 Tahun Kabupaten Tambrauw. Foto: Humas Kab Tamrauw
Bupati Tambrauw alumnus UGM, Gabriel Asem meresmikan tiga gedung pemerintahan dan satu jembatan bersamaan dalam momen Hari Jadi ke-12 Tahun Kabupaten Tambrauw. Foto: Humas Kab Tamrauw

Baca juga: Melihat Kiprah Gabriel Asem dalam 8 Tahun Memimpin Tambrauw

Dia mengingat kondisi awal Tambrauw kala itu serupa dengan Raja Ampat saat resmi jadi kabupaten pada 2003.

Tambrauw, kata Gebi, seolah-olah masih terisolasi kendati sudah dimekarkan sejak 29 Oktober 2008.

Pasalnya, kata Gebi, belum ada sentuhan pembangunan nyata untuk Tambrauw dalam tiga tahun dinakhodai Pejabat Bupati sebelumnya.

Bahkan, satu-satunya cara untuk masuk dan keluar dari kabupaten yang punya luas sekitar 11.500 km2 ini adalah dengan berjalan kaki.

Tidak ada ojek, apalagi bus dan angkutan desa. Kata Gebi, seseorang harus menempuhnya dengan jalan kaki selama dua malam.

Baca juga: Presiden Jokowi: Mahasiswa Baru UGM Jangan Lupa Nilai-nilai Kerakyatan