Rektor Pimpin Peneguhan Kembali UGM sebagai Universitas Pancasila

494
????????????????????????????????????

BULAKSUMUR, KAGAMA – Upaya meneguhkan nilai-nilai Pancasila dilakukan dengan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Seyogyanya, Pancasila tidak hanya dibicarakan, didiskusikan atau diperdebatkan, melainkan diterapkan dalam kehidupan.

Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M. Sc., Ph. D. menguraikan hal itu kepada wartawan, Senin (22/5/2017) usai membacakan Deklarasi UGM sebagai Universitas Pancasila bersama sejumlah tokoh masyarakat serta civitas akademika UGM di Balairung, Sleman, Yogyakarta.

Sebelumnya, digelar pula Sarasehan Peneguhan UGM sebagai Universitas Pancasila di Balai Senat. Narasumber yang memresentasikan gagasan antara lain budayawan Emha Ainun Nadjib, sastrawan D Zawawi Imron, dosen Antropologi UGM Dr. Pudjo Semedi, serta dosen dan Sosiolog UGM Dr. Arie Sujito.

“Nilai-nilai yang terkandung dalam kelima sila idealnya tidak hanya dibicarakan, dibahas, didiskusikan, ataupun diperdebatkan. Itu sudah berlalu lama. Yang penting sekarang bukti nyata. Kita praktikkan dalam riset, saling belajar dan mengabdikan diri pada masyarakat,” urai Dwikorita usai membacakan Deklarasi Peneguhan UGM sebagai Universitas Pancasila di Balairung.

Sedangkan dari proses pembelajaran di UGM dikenal mata kuliah Filsafat Pancasila. Ke depannya agar mata kuliah tersebut dikemas ulang supaya tidak terlalu teoritis. Misalnya, dengan metode base case learning. “Sebetulnya itu (Filsafat Pancasila) sudah berjalan, tapi perlu kita dahsyatkan. Tidak hanya oleh UGM sendiri tapi oleh pemangku pihak lain,” terangnya.

Proses peneguhan kembali UGM sebagai Universitas Pancasila ditandai dengan pembacaan deklarasi dipimpin Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., di halaman Balairung, diikuti oleh Ketua Dewan Guru Besar Prof. Putu Sudira, Ketua Senat Akademik Prof. Hardyanto Soebono dan dosen oleh I Made Andi Arsana. Sementara itu, dari kalangan tenaga kependidikan diwakili Erry Istianto dan mahasiswa oleh Desi Cahya Widyaningrum.

Dalam deklarasi, Dwikorita menegaskan perjalanan UGM sejak berdiri pada 1949 sebagai universitas  nasionalis dan patriotis. Nasionalis berarti menghormati dan menerima tanah air, bahasa, dan budaya Indonesia sebagai masyarakat majemuk. Ditandaskannya pula, deklarasi berikut sarasehan Pancasila relevan dilaksanakan di tengah kehidupan masyarakat yang tengah dibenturkan persoalan disintegrasi. [rts]