Rekayasa Silvikultur Solusi Rehabilitasi Lingkungan di Area Industri

581

BULAKSUMUR, KAGAMA – Industri semen yang bersifat ekstraktif (eksploitasi kekayaan alam) selama ini dikonotasikan tidak ramah terhadap pelestarian lingkungan. Namun, ada upaya konstruktif yang dapat dilakukan di tengah industri semen seiring berjalannya pembangunan lingkungan. Diharapkan lingkungan tetap terjaga melalui rehabilitasi dan konservasi lingkungan.

Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) memiliki teknologi alternatif terkait pelestarian dan pembangunan lingkungan, yakni melalui rekayasa silvikultur. Guna mencapai peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan di area industri semen di Baturaja, Sumatera Selatan, PT Semen Baturaja Tbk pun menjalin kerjasama dengan Fakultas Kehutanan UGM.

Dekan Fakultas Kehutanan UGM Dr. Budiadi, M. Agr. Sc. (kiri) dan Direktur Utama PT Semen Baturaja Tbk. Rahmad Pribadi saat konperensi pers (Foto R Toto Sugiharto/KAGAMA)
Dekan Fakultas Kehutanan UGM Dr. Budiadi, M. Agr. Sc. (kiri) dan Direktur Utama PT Semen Baturaja Tbk. Rahmad Pribadi saat konperensi pers (Foto R Toto Sugiharto/KAGAMA)

Kerjasama tersebut ditandai penandatanganan Nota Kesepahaman antara Direktur Utama PT Semen Baturaja Rahmad Pribadi dengan Dekan Fakultas Kehutanan UGM Dr. Budiadi, M. Agr., Sc., Senin (31/7/2017) sore di Fakultas Kehutanan UGM, Bulaksumur, Sleman, Yogyakarta.

Rahmad Pribadi yang baru menjabat Direktur Utama PT Semen Baturaja pada 27 April 2017 mengaku merasa tergugah dan terinspirasi untuk ikut melestarikan lingkungan. Untuk merealisasikannya ia menjalin kerjasama dengan Fakultas Kehutanan UGM. Operasi penambangan di lokasi seluas 120-an hektar dengan kapasitas produksi mencapai 3,8 juta ton per tahun, dengan luas total mencapai 700 hektar. Sedangkan bakal lahan konservasi rekayasa silvikultur seluas 100 hektar.

“Industri ekstraktif selama ini berkonotasi merusak lingkungan. Kita ingin mengubah persepsi itu. Kami ingin industri dikelola secara profesional. Kita ingin program ini dimulai secepatnya,” ucap Rahmad yang didampingi jajaran Direksi PT Semen Baturaja dalam konperensi pers.

Kerjasama antara Fakultas Kehutanan UGM dengan PT Semen Baturaja Tbk ditandai penandatanganan Nota Kesepahaman untuk jangka waktu periode pertama lima tahun ke depan (Foto R Toto Sugiharto/KAGAMA)
Kerjasama antara Fakultas Kehutanan UGM dengan PT Semen Baturaja Tbk ditandai penandatanganan Nota Kesepahaman untuk jangka waktu periode pertama lima tahun ke depan (Foto R Toto Sugiharto/KAGAMA)

Rahmad yang sempat kuliah di UGM dua tahun kemudian melanjutkan ke University Texas, Austin di Amerika Serikat melalui beasiswa, menegaskan pihaknya ingin menjawab isu lingkungan dan sosial seputar industri semen dengan aksi nyata, bukan hanya dengan retorika. Realisasinya, bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan UGM untuk memerbaiki kualitas lingkungan.

“Harapannya, dengan industri seiring dengan pelestarian lingkungan. Ini kelihatannya kontradiktif tapi setelah saya dengar dari ahlinya, dari UGM, ternyata sangat bisa. Jadi, saya optimis. Maka waktu UGM meninjau kami, kami tanya kapan bisa dimulai. Kata Pak Dekan, mulai musim hujan 2017 kita bisa mulai menanam,” tandasnya.

Jajaran Direksi PT Semen Baturaja Tbk yang mendampingi Dirut Rahmad Pribadi (Foto R Toto Sugiharto/KAGAMA)
Jajaran Direksi PT Semen Baturaja Tbk yang mendampingi Dirut Rahmad Pribadi (Foto R Toto Sugiharto/KAGAMA)

Dekan Fakultas Kehutanan UGM Dr. Budiadi, M. Agr., Sc. menambahkan, kerjasama dengan perusahaan semen yang bersifat ekstraktif memang baru kali pertama dilakukan pihaknya. Upaya yang dapat dilakukan dengan pendekatan khusus yang disebut rekayasa silvikultur. Fakultas Kehutanan UGM akan memberikan support dari sisi visi lingkungan perusahaan supaya bisa dikawal dengan baik.

“Ada statemen yang mengatakan perusahaan yang ekstratif belum ada contoh yang menunjukkan contoh berkelanjutan. Harapan kami, PT Semen Baturaja akan menjadi contoh industri ekstraktif yang berkelanjutan. Ada peluang yang memungkinkan kita untuk mengembangkan industri ekstraktif berkelanjutan, yaitu menguatkan capasity building SDM dan penerapannya yang efisien,” ujarnya. [rts]