Tak hanya itu, lanjut Budi, selama ini Fakultas Biologi turut berkiprah dalam kegiatan konservasi di Indonesia. Budi masih ingat ketika tahun 1975 terjadi kasus tumpahan minyak kapal Shewa Maru yang kala itu membawa minyak mentah dari Teluk Persia menuju Jepang, namun kandas karena minyaknya tumpah di Selat Melaka sebanyak 7.300 ton.
“Fakultas Biologi yang dipimpin oleh Prof. Moeso Suryowinoto dan 20 mahasiswa diminta dan ditunjuk UGM utuk meneliti dan menghitung dampak kerugian ekologis akibat tumpahan minyak tersebut. Akhirnya Indonesia mendapat ganti rugi sebesar 1,2 juta USD,” kenang Budi.
Sebelumnya, kata Budi, setelah berdirinya Museum Biologi pada tahun 1969 Fakultas memulai riset tentang keanekaragaman anggrek tropis yang digawangi oleh Prof. Moeso. Hingga saat ini, pihaknya tetap melanjutkan penelitian anggrek sebagai salah satu kajian utama. “Sampai sekarang kami masih istiqomah, baik dulu, sekarang, dan insyaallah di masa yang akan datang,” ujarnya.
Budi menambahkan, hampir selama 45 tahun pihaknya telah bekerjasama dengan KOPASSUS (Komando Pasukan Khusus) dan terhitung sejak tahun 2012-2017 ini Fakultas Biologi terlibat dalam Ekspedisi Khatulistiwa NKRI.