Ratu Waskitha Jawi, Sosok Entrepreneur Pembangun Kotagede

485

Baca juga: Kisah Asisten Pelatih Sepak Bola PSS Sleman Alumnus UGM, Temukan Pentingnya Filsafat Dalam Sepak Bola

“Jarak pasar sebagai pusat perbelanjaan dibuat sekitar 5 km. Dengan argumentasi orang jalan normal dapat menempuh 5 km. Kotagede dibangun dengan landasan logika etika-estetika,” jelasnya.

Corak Persia yang dibawa Waskitha Jawi dalam membangun Kotagede bisa jadi dipengaruhi oleh sang ayah, Ki Ageng Penjawi.

Kata Purwadi, Ki Ageng Penjawi berguru ke Persia antara 1559-1564.

Di sana, anggota tiga serangkai pendiri Kesultanan Mataram ini  diterima oleh Sultan Qajar Pahlewi Shah.

“Ki Ageng Penjawi belajar ilmu arsitektur, kesusasteraan, tata kota, bangunan monomen dan sejarah Britania,” ucap Purwadi.

Baca juga: Begini Kiprah Alumnus Filsafat UGM yang Berkarier di Dunia Sepak Bola

“Selama belajar di negeri Persia Iran, Ki Ageng Penjawi menggunakan nama Abdullah Mukmin Pahlewi,” terang alumnus Fakultas Filsafat dan Fakultas Ilmu Budaya UGM tersebut.

Selain membubuhkan corak persia di Kotagede, Waskitha Jawi juga menata istana kerajaan dengan produk kerajinan Nusantara.

Mulai dari mengambil kayu jati dari Cepu, menggunakan jasa juru ukir dari Jepara, hingga membawa batu marmer dari Tulungagung.

Marmer digunakan untuk membangun alun-alun sebagai ruang publik, tempat masyarakat melepas penat, hiburan, atau berkomunikasi.

Tak ketinggalan, cucu dari Sunan Giri ini membangun Masjid Agung sebagai sarana peribadatan.

Baca juga: Ketua KAGAMAHUT Semangat ‘Ngumpulke Balung Pisah’ Berkat Kuatnya Jiwa Korsa Rimbawan