Pusaka Sultan Hadiwijaya yang Digunakan untuk Babat Alas Purbalingga

6944

Baca juga: Ganjar Rangkul Semua Lapisan Masyarakat untuk Hadapi Pandemi Covid-19, Begini Strateginya

“Daya linuwih Ali-ali Soca Ludira dapat mengusir makhluk halus yang berbuat jahat. Semua makhluk halus tidak berani mendekat pada orang yang mengenakan Ali-ali Soca Ludira,” ucap Purwadi.

“Adapun keris Kyai Kutharaga mempunyai keampuhan yang mengagumkan. Saat membuka alas itu Demang Tepus Rumput dari bawahannya tampak berseri-seri,” lanjutnya.

Tidak menunggu lama lagi, Sultan Pajang kemudian meresmikan wilayah pemekaran baru itu pada 18 Desember 1563.

Acara itu bersamaan dengan pelantikan Pangeran Hanyokro Kusumo yang ditunjuk sebagai Bupati Giri Raharja.

Sebagai informasi, Hanyokro Kusumo adalah putra dari Raja Demak, Sunan Prawoto.

Baca juga: Inovasi AINO Indonesia untuk Mempertahankan Bisnis Uang Elektronik di Masa Pandemi

Adapun hubungan Hanyokro Kusumo dengan Sultan Hadiwijaya adalah keponakan.

Sebab, Hadiwijaya menikah dengan saudara perempuan Sunan Prawoto, Ratu Cepaka.

Dalam memimpin Giri Raharja, Hanyokro Kusumo alias Adipati Onje ditemani Ki Ageng Ore-ore yang didapuk sebagai penasihat utama.

“Atas usul Demang Ore-ore wilayah Giri Raharja diberi nama baru, yaitu Purbalingga,” ucap Purwadi.

“Purbalingga berasal dari bahasa Sanskerta, purba dan lingga. Purba berarti memimpin, Lingga merujuk pada nama Jimbun Lingga (nama lain dari Onje).”

Baca juga: Kata Profesor Iin Handayani, Pertanyaan ‘Mau Jadi Apa’ Sudah Tak Cocok Lagi untuk Generasi Z