Psikolog Alumnus UGM Paparkan Cara Memberikan Pertolongan Psikologis Awal untuk Masyarakat di Masa Krisis

532

Baca juga: Respons KAGAMAHUT Sulsel untuk Bantu Ringankan Beban Warga Terdampak Wabah

Latifah menyebut, tindakan PFA berupa dukungan sosial yang tidak memaksa, cukup mendengarkan keluhan penyintas, membantu kebutuhan dasar penyintas saat berbicara dan menenangkan dan membuat lebih nyaman.

PFS juga dapat ditempuh dengan membantu keterhubungan dengan informasi, layanan, dan dukungan, serta melindungi dari masalah lebih lanjut.

Untuk mengeksekusinya, relawan PFA perlu mengikuti langkah-langkahnya. Mulai dari melihat kebutuhan penyintas, mendengarkan keluhannya, lalu memberikan rasa aman, membantunya menjalin koneksi, melindunginya dari kerugian, sampai kemudian memberikannya harapan tanpa janji.

“PFA bisa diberikan sesegara mungkin saat terjadi krisis, terutama saat kontak pertama. Tetapi, tidak diberikan pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi,” terangnya.

Karena praktis dan sederhana, PFA bisa diberikan dalam situasi apapun. Seperti di pengungsian, sekolah, rumah sakit, rumah ibadah, rumah tinggal, tempat kerja, hingga komunitas.

Baca juga: Tengok Aksi KAGAMA Bali Menebar Kebaikan Lewat Gerakan Canthelan

“Perlu diingat, relawan PFA hanya bertugas sebagai fasilitator, bukan seseorang yang bertanggung jawab pada orang yang memiliki gangguan psikologis.”

“PFA juga pukan debriefing, tidak bertanggung jawab untuk mencari informasi detail tentang pengalaman traumatis atau kehilangan, tidak mengobati, bukan konseling, dan tidak memberikan label atau diagnosa.”

“Relawan PFA harus terlatih, setidaknya memiliki kemampuan memelihara diri, empati, kemampuan memulai komunikasi, dan menyimak,” tandasnya.

Alumnus Fakultas Psikologi UGM angkatan 1988 itu menambahkan, PFA bertujuan untuk memberikan rasa aman, memfasilitasi pemulihan, dan mencegah gangguan psikologis, fisik, atau bahkan finansial.

Selain itu, PFA membuat si relawan menjadi merasa lebih bermanfaat bagi orang lain. (Kn/-Th)

Baca juga: Langkah KAGAMA Membangun Ekonomi Indonesia Lewat Inkubasi Bisnis