Prof. Agnes Murdiati Usulkan Kacang-kacangan untuk Tingkatkan Ketahanan Pangan Nasional

801
Adanya ketimpangan yang sangat besar, membuat kebutuhan pangan sebagian masyarakat Indonesia belum tercukupi. Foto: nakita.grid.id
Adanya ketimpangan yang sangat besar, membuat kebutuhan pangan sebagian masyarakat Indonesia belum tercukupi. Foto: nakita.grid.id

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Ketersediaan pangan Indonesia sebetulnya melimpah.

Namun, adanya ketimpangan yang sangat besar, membuat kebutuhan pangan sebagian masyarakat Indonesia belum tercukupi.

Hal ini disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Agnes Murdiati, M.S., dalam pidato pengukuhan guru besarnya yang berjudul Peran Kacang-kacangan Dalam Memantapkan Ketahanan Pangan Nasional, pada Selasa (26/11/2019) di Balai Senat UGM.

Menurut Agnes, konsumsi beras yang masih tinggi menjadi beban pemerintah untuk menyediakannya.

Untuk itu, diperlukan diversifikasi pangan sumber karbohidrat non beras, terutama umbi-umbian.

Namun, karena kandungan protein umbi-umbian sangat rendah, maka peningkatan konsumsi umbi-umbian harus diikuti peningkatan konsumsi pangan sumber protein, utamanya protein nabati kacang-kacangan yang banyak jenisnya.

Konsumsi pangan sumber protein ini pun juga belum dimanfaatkan secara optimal.

Prof. Dr. Ir. Agnes Murdiati, M.S., membacakan pidato pengukuhan guru besarnya yang berjudul Peran Kacang-kacangan Dalam Memantapkan Ketahanan Pangan Nasional. Foto: Kinanthi
Prof. Dr. Ir. Agnes Murdiati, M.S., membacakan pidato pengukuhan guru besarnya yang berjudul Peran Kacang-kacangan Dalam Memantapkan Ketahanan Pangan Nasional. Foto: Kinanthi

Baca juga: Selain Rawan Diselingkuhi, Berikut Dampak Negatif Pernikahan Anak

Dalam tiga tahun berturut-turut, indeks etahanan pangan masyarakat Indonesia mengalami peninkatan.

Hal tersebut merujuk pada data Indeks Ketahanan Pangan (IKP) Indonesia menurut Global Food Security Indeks (GFSI), yang dikembangkan oleh The Economist Intelligence Unit (EIU).

Pada 2016 berada di peringkat 71, pada 2017 di peringkat 69, dan pada 2018 di peringkat 65 dari 113 negara.

“Meskipun demikian, ternyata masih ada masalah dengan tingginya KK miskin dan tingginya ketimpangan ekonomi masyarakat,” ujar Agnes.

Terbukti dari data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2018 sebesar 9,66 persen.

Sementara di DIY sebesar 11,8 persen, yang artinya lebih besar dari rata-rata jumlah KK miskin di Indonesia.

Ketimpangan pengeluaran di Indonesia dihitung berdasarkan rasio Gini sebesar 0,384, sedangkan di DIY sebesar 0,422.

Baca juga: Sulhan Tak Pernah Punya Cukup Uang untuk ‘Membeli’ Waktu