Politik Dinasti Tidak Melanggar UUD, tetapi…

1088

Baca juga: Pesan Lucu Dosen Hukum UGM yang Jadi Bekal Hidup Subagya Santosa

Kata dia, itu adalah keistimewaan yang dimiliki kelompok tertentu.

Sebuah modal sosial yang tidak dimiliki oleh calon lain yang tak punya hubungan dengan incumbent.

Tinggal calon tersebut bisa memanfaatkan dengan baik atau tidak relasi yang dia miliki dengan incumbent.

“Selama seseorang dapat mengolah modal sosial untuk kemajuan daerah dan kebaikan, itu bukan persoalan. Dalam tanda kutip ‘kapitalisasi’,” tutur Nuraini.

“Nah yang menjadi persoalan, adalah ketika modal sosial ini ditempatkan dalam koridor yang selaras dengan komitmen kemanusiaan, komitmen politik, dan komitmen kebangsaan.”

Baca juga: Presiden Jokowi: Mahasiswa Baru UGM Jangan Lupa Nilai-nilai Kerakyatan

“Hal yang dia emban menjadi seorang politisi. Terutama ketika dia terpilih nanti,” jelasnya.

Oleh karena itu, menurut Nuraini, seorang calon yang punya relasi keluarga dengan incumbent belum tentu terpilih.

Sebab, belum tentu dia punya kematangan sosial, kematangan berpolitik, dan komitmen untuk tidak melukai para pemilihnya.

Nuraini menggarisbawahi, semua calon punya peluang sama dengan modal sosial yang mereka punya.

Sementara itu, Rektor Universitas Negeri Surabaya periode 2014-2018, Prof. Warsono, melihat bahwa politik dinasti bak opium yang memberi efek candu.

Baca juga: Begini Tantangan Manajemen Human Capital Perusahaan di Masa Krisis