Perubahan Iklim dan Perilaku Manusia Sebabkan Akses Air Bersih Makin Sulit

936

Baca juga: Solusi Mengurangi Kerusakan Hutan di Lokasi Ibu Kota Baru

Nah, banjir itu kan kebanyakan dibarengi dengan sampah. Untuk konservasi air itu, kita perlu penanganan sampah dan sanitasi yang tepat. Perlu juga dibuatkan resapan air hujan, mengingat maraknya pembangunan. Setidaknya setiap sepuluh rumah ada satu resapan,” paparnya.

Ada pun cara lain yaitu membuat biopori untuk setiap rumah.

Sangat bagus apabila penanganan sampah, biopori, pembuatan resapan air, dan penanaman pohon bisa menjadi gerakan nasional.

Menurut Tutik, kegiatan ini terlihat sepele, tetapi belum ramai dilakukan, karena jarang ada orang yang mau memulai.

“Protes karena saluran mampet, tapi ternyata buang sampah masih di selokan. Sebaiknya kita introspeksi dulu apa yang sudah kita lakukan sebelum komplain ke pemerintah,” ujar alumnus Teknik Mesin UGM angkatan 1999 itu.

Dia memaparkan, air, tanah, dan alam merupakan satu kesatuan.

Tanah terjaga, maka air juga terjaga.

Kita kelola limbah, sanitasi, dan septitenk dengan baik, maka yang di bawahnya juga akan mengikuti.

Baca juga: Solusi Yuridis untuk Mengatasi Kebakaran Hutan

”Dan untuk mewujudkan ini, tidak bisa satu orang saja, harus massal,” tandas Tutik.

Ajak Masyarakat Mandiri Mencari Air Bersih

Tutik menyampaikan keprihatinannya tentang masalah air bersih.

Selain sumber air bersihnya yang langka, semangat masyarakat untuk berusaha mengakses air bersih dengan efisien pun kurang.

Daripada membeli filter air, masyarakat lebih suka membeli air kemasan.

“Prioritasnya beda masyarakat di sini, padahal air itu kebutuhan pokok. Di Jawa itu rentan krisis air dibandingkan dengan pulau lain, karena penduduknya padat, banyak kawasan industri. LIPI memprediksi 3 atau 4 dari 10 orang benar-benar tak bisa mengakses air bersih,” ungkap Tutik.

Saat ini Tutik sedang mengambangkan alat filter air iiToya agar masyarakat bisa memperoleh air bersih secara mandiri.

Apabila masyarakat mau mengurangi pembelian air minum kemasan, barangkali langkah kecil ini bisa membantu menyelesaikan persoalan masyarakat terkait air.

Tutik menilai, semua pihak baik masyarakat, industri dan pemerintah terlibat dalam persoalan ini.

Namun, merekalah yang juga menjadi jawaban untuk solusinya, sehingga tidak ada pihak yang bisa disalahkan.

”Protes kadang tak ada gunanya, alternatif yang bisa dilakukan adalah memproteksi diri sendiri,” ujar peneliti lulusan Keio University, Jepang itu. (Kinanthi)

Baca juga: Melalui Danais, Tujuh Desa G2R Tetrapreneur Budaya Pamerkan Produk Unggulan