Pertanian, Industri dan SDM Jadi Kunci Sulut Siap Tantang Era Industri 4.0

251

Baca juga: Pakar UGM Beri 5 Masukan Kepada Dewan Pertimbangan Presiden

Sehingga, kata Arbonas, tidak ada gesekan alias aman karena tidak ada sektor yang paling menonjol.

Jika Arbonas meyakini pertanian adalah kuncinya, pendapat yang agak berbeda dikemukakan oleh Guru Besar FEB Universitas Sam Ratulangi, Prof Dr. Paulus Kindangen.

Paulus menegaskan, suatu negara di dunia ini bisa maju dengan adanya industri manufaktur.

Oleh karena itu, dia berharap industri manufaktur perlu didorong.

“Sulut perlu mendorong ekspor industri manufaktur. Jika home industry kuat, maka daerah akan kuat,” kata Paulus.

Keyakinan Paulus dilandasi oleh status Indonesia di dunia yang cukup mentereng dibandingkan dengan negara-negara besar.

“Ada lima negara di dunia yang menjadi pengekspor industri terbesar. Yakni Tiongkok, Jerman, Jepang, dan Indonesia,” ujar Paulus.

Baca juga: Raih Gelar Kehormatan, Menteri Basuki Hadimuljono Sukses ‘Balas Dendam’ kepada ITB

“Semuanya di atas 17 persen tapi di bawah 20 persen. Potensi Sumber Daya Alam melimpah harus terus dimanfaatkan,” terang Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Sulut ini.

Paulus menambahkan, di tingkat provinsi, Bitung menjadi penyumbang terbesar (35 persen) industri di Sulut.

Walau begitu, Bitung saat ini tengah mengalami tren penurunan.

Di sisi lain, bukan hanya sektor pertanian dan industri manufaktur saja yang dinilai bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi.

Sebab, Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Sulut, Muhdi, Ph.D., menyatakan Dana Desa (Dandes) juga bisa menjadi stimulus.

Apalagi, katanya, anggaran Dandes di Sulut mencapai triliunan rupiah. Menurut Muhdi, salah satu hal yang dapat dilakukan untuk bisa memaksimalkan serapan Dandes adalah proyek fisik.

Dia menilai anggaran sebetulnya turun dengan cepat.

Hanya saja, eksekusinya lambat lantaran SDM yang menangani tidak kompeten.

Masalah SDM ini pun langsung ditanggapi oleh Direktur IPDN Sulut, Dr. Noudy Tendean.

“Mau sebesar apa pun anggarannya, jika SDM yang menunjang tidak ada maka sia-sia,” kata Noudy.

“Oleh karena itu, di IPDN kami terus berkomitmen menciptakan SDM yang unggul dan berdaya saing agar bisa memberikan kontribusi yang baik,” tegasnya.

Adapun Asisten Dua Sekprov Sulut Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Praseno Hadi, menyatakan terima kasih kasih kepada Kagama atas terselenggaranya acara ini.

Dia berharap dialog kali ini menghasilkan kesimpulan yang dapat membantu Pemerintah Sulut dalam mengambil kebijakan. (Tsalis)

Baca juga: Gubernur Rohidin Mersyah Puji Kerja Kementerian PUPR Bangun Jembatan Terpanjang di Bengkulu