Perkembangan Emosi Pengaruhi Kenyamanan Belajar Anak di Rumah

938

Baca juga: Strategi Pemerintah Ciptakan Bonus Demografi yang Berkualitas

Selain itu, karena selama KBM di rumah semua siswa memanfaatkan teknologi, penggunaan gawai bagi anak jadi tak terkendali.

Anisa menjelaskan, secara psikologis, anak akan mengalami perkembangan dalam aspek kognitif, daya pikir, moral, sosial, psiko seksual, dan emosinya.

Soal kemampuan anak di sekolah, aspek kognitif yang akan bermain di sana. Sedangkan aspek daya pikir, lebih pada kemampuan anak dalam penyelesaian masalah.

“Orang tua silakan mengeksplor aspek kognitif sesuai kemampuan anak. Cukup kembangkan apa yang diajarkan oleh gurunya, dengan memberikan contoh-contoh dari lingkungan sekitar anak,” ujar Anisa.

Harapannya, orang tua mendampingi dari aspek kognitif anak sampai ke aspek problem solvingnya. Ajarkan anak bagaimana menemukan jalan keluar dari persoalan yang dihadapi.

Baca juga: Indonesia Perlu Belajar dari Ceko tentang Penanganan Covid-19

Selain itu, kurikulum pendidikan selama pandemi juga menjadi tantangan. Menurut Anisa, kurikulum tetap dijalankan seperti biasanya. Tetapi, implementasinya dibuat lebih ringan.

“Dalam hal ini anak diajak untuk belajar dari hal-hal yang ada di sekitarnya saja. Yang terpenting sekarang, anak bisa senang belajar dengan orang tua. Ini target perkembangan kognitifnya,”pungkas dosen Universitas Respati Indonesia ini.

Kemudian perkembangan emosi anak juga menjadi aspek psikologis yang wajib diperhatikan. Targetnya saat ini adalah anak bisa belajar dengan nyaman, sehingga kondisi emosi anak sangat berpengaruh untuk ini.

“Perkembangan emosi, ini poin penting yang menunjang agar bisa belajar dengan nyaman. Emosi anak perlu dikendalikan,” ujarnya.

Emosi anak, kata Anisa, bisa datang merupakan vibrasi dari kondisi emosi orang tuanya. Untuk itu, orang tua harus lebih dulu mengendalikan emosinya.

Baca juga: Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Pandemi Covid-19 di Bidang Ekosistem dan Lingkungan