Perjalanan Yoyok Membangun Waroeng SS, Dari Warung Tenda sampai Buka Cabang di Luar Negeri

14802

Baca juga: Jakob Oetama Meninggalkan Warisan Penting dalam Dunia Jurnalistik

Kualitas makanan dan harga menjadi keunggulan kompetitif yang dipilih oleh Waroeng SS.

Ada sekian banyak warung makan rumahan yang bersaing, Waroeng SS berusaha unggul di harga dan rasanya.

Lantaran menu makanan yang ditawarkan adalah makanan sehari-hari, maka harganya juga harus terjangkau.

Sementara itu, ketika Covid-19 mewabah di Indonesia, omzet Waroeng SS turun drastis.

Tepatnya pada Maret 2020, omzet Waroeng SS hanya 26 persen sampai menjelang hari lebaran ada di angka 35 persen.

setelah lebaran hingga saat ini konsisten di angka 50-56 persen.

Meskipun demikian, Yoyok tidak melakukan PHK atau merumahkan karyawan. Dia tetap jalankan bisnis ini dalam kondisi rugi.

Baca juga: Owner Sambel Jeng Nia Alumnus UGM: Mengolah Cabai Penting untuk Menambah Nilai Jual

Strategi Bisnis ‘Bendera Sambal’ Yoyok Bertahan

Pria yang juga pemilik dari Waroeng Spesial Susu Segar itu tentu tak tinggal diam, ada beberapa inovasi yang dia keluarkan untuk membuat bisnisnya bertahan.

Nasi yang dihidangkan Waroeng SS terkenal enak, sehingga mereka mulai menjual beras versi Waroeng SS.

Demikian juga dengan menu teh. Selama ini teh yang disajikan memiliki rasa yang khas, ternyata kerena teh yang dibuat merupakan campuran dari tiga teh berbeda.

Untuk itu, mereka menjual paduan teh ini dalam bentuk kemasan.

Selain itu, Waroeng SS tidak hanya menjual jamur goreng tepung, tetapi juga tepungnya.

“Inovasi lain yang kami lakukan yaitu menurunkan porsi paket pesanan, dengan mengeluarkan menu baru satu paket nasi bungkus lengkap, meliputi nasi, sambal, lauk, sayur dan air mineral yang hanya dijual dengan harga Rp8000,-.”

“Hal ini dilakukan untuk tetap bisa menggandeng pelanggan menengah ke bawah. Tetapi kualitas tetap kami jaga,” ujarnya. (Kn/-Th)

Baca juga: Okky Madasari Jadikan Novel sebagai Pengingat Masalah yang Ada di Sekitar Masyarakat