Perjalanan Yoyok Membangun Waroeng SS, Dari Warung Tenda sampai Buka Cabang di Luar Negeri

14805

Baca juga: Kata Alumnus: Ilmu Biologi Punya Peran Penting dalam Pembuatan Kebijakan Pembangunan

Semasa mahasiswa, Yoyok terbiasa memasak sendiri untuk makanan sehari-harinya.

Teman-teman satu kosnya sangat menggemari sambal buatannya.

Setiap kali Yoyok nyambel, teman-temannya dengan senang hati menunggu dan selalu mereka lahap habis.

“Katanya sambal buatan saya itu sambal tenanan (sambal betulan). Berdasarkan penelusuran saya, waktu itu, memang belum ada sambal di Jogja yang beneran sambal, karena rata-rata rasanya manis dan tidak pedas.”

“Itu artinya saya punya potensi pasar untuk sambal buatan saya,” ujar pria kelahiran 1973 ini.

Baca juga: Preman Bisa Jadi Key Person Penegakan Protokol Kesehatan di Pasar

Pria asal Boyolali, Jawa Tengah itu bercerita, saat itu ada warung pecel lele yang laris dikunjungi.

Dia mengamati, warung tersebut laris bukan karena lauknya yang enak atau pelayanannya yang baik.

Tetapi, sambalnya memiliki rasa enak dan khas, sehingga warung pecel lele ini lebih laris dibanding yang lain.

Dari situ Yoyok menyimpulkan, walaupun hanya dihidangkan dalam porsi kecil dibandingkan makanan utama, sambal bisa menentukan selera konsumen.

Terinspirasi, Yoyok akhirnya bertekad membuka usaha warung makan yang mengibarkan ‘bendera sambal’.

Baca juga: Falsafah Hidup Mengalir adalah Kunci Dedy Permadi Jadi Staf Khusus Kementerian Kominfo