Perjalanan Hidup Bambang Purwoko dan Dedikasinya Membangun Pendidikan di Papua

4320

Baca juga: Siswa Papua Menggapai Asa

Bagi Bambang, yang namanya keluarga harus selalu berkumpul.

Ya berat saat itu, kuliah di sana dengan kemampuan bahasa inggris pas-pasan. Saya dan istri ambil kerja paruh waktu juga. Saya jadi cleaning service, istri kerja di restoran. Tapi, alhamdulillah Saya bertemu supervisor yang sangat baik. Akhirnya bisa selesai studi dengan segala dinamikanya dan memperoleh Graduate Diploma of Development Studies,” ungkap Bambang.

Sementara gelar masternya ia peroleh di University of Western Australia.

Dirikan Sekolah Hingga Miliki Program Besar untuk Papua

Tahun 1996 Bambang kembali lagi ke UGM untuk mengajar.

Diceritakan oleh Bambang, dirinya juga menjadi tenaga pendidik di Akademi Pembangunan Masyarakat Desa (APMD) dan Universitas Muhammadiyah (UMY).

Baca juga: Dilema Pendidikan Papua

Di luar kesibukannya sebagai dosen, Bambang mendirikan full day school untuk Taman Kanak-kanak dan playgroup dengan konsep homey.

Bambang ingin menjadi orang yang bermanfaat untuk lingkungan di sekitarnya dengan melakukan sesuatu mulai dari yang sederhana.

”Pada 1997 itu pertama kalinya Saya ke Sorong dan Jayapura dalam rangka penelitian proyek percontohan pelaksanaan otonomi daerah (otda), yang merupakan kerja sama Departemen dan Kemendagri untuk melihat sejauh mana implementasi otda di daerah percontohan itu bisa bekerja dengan baik,” ujarnya.

Pengalaman ini merupakan titik awal Bambang memulai interaksi dengan warga Papua hingga mempunyai program besar untuk Papua dengan membentuk Gugus Tugas Papua (GTP), dengan dibantu juga oleh Pusat Pengembang Kapasitas dan Kerja Sama (PPKK) FISIPOL UGM.

Program yang rutin dia gelar meliputi seminar, lokakarya, dan pendampingan pemerintah daerah Papua dan Papua Barat.

Baca juga: Kagama Papua Barat Ajak Seluruh Alumni Bangun Tanah Papua