Peraih IPK Tertinggi se-UGM Ini Ingin Jadi Peternak Unggas

1918

Baca juga: Film Remaja Jadi Role Model dan Gambaran Masyarakat Indonesia

“Saya bantu bantu orang tua di rumah, mengasuh ketiga adik Saya, dan kadang ikut berjualan,” tutur wisudawan Prodi Ilmu dan Industri Peternakan angkatan 2015 ini.

Chusnul dan keluarganya sudah menetap di Jogja sejak 1997.

Orang tuanya berprofesi sebagai pedagang.

Ayahnya berjualan soto di Malioboro dan ibunya berjualan sate keliling di sekitar Pasar Beringharjo.

Saat tidak ada jadwal kuliah, Chusnul membantu ayahnya bekerja.

Mulai dari memasak hingga menjual sotonya.

Terkadang juga membantu ibunya berjualan sate di sore hari.

Baca juga: Kisah Sukses Alumni UGM Tembus Tes CPNS, Belajar dari Media Sosial Hingga Doa Keluarga

“Biasanya Saya bantu bapak pas sabtu minggu, atau pas liburan sekolah atau bantu jualan biasanya kalau pas bapak lagi sendiri,”ungkap mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi itu.

Sama seperti wisudawan lainnya, masa-masa mengerjakan skripsi merupakan bagian dari kehidupan yang menantang bagi Chusnul, terutama saat mengolah dan membahas data penelitiannya.

Walaupun demikian, keluarga dan orang terdekat Chusnul senantiasa menguatkan.

Dikatakan oleh Chusnul, orang-orang ini selalu ada untuknya.

Ketika Chusnul sedang merasa berada di titik terendahnya, keluarga selalu meyakinkan Chusnul bahwa dirinya mampu.

Orang tua yang tak pernah absen mendukungnya itu, juga menjadi inspirasi sekaligus kekuatan bagi Chusnul selama menghadapi berbagai tantangan semasa mahasiswa.

“Kedua orang tua bisa dibilang selalu jadi inspirasi dan kekuatan Saya. Karena mereka menjadi pendukung di garda terdepan,” ujarnya.

Setelah sukses meraih gelar barunya, Chusnul berencana mencari pekerjaan.

Di masa depan, Chusnul bercita-cita menjadi pengusaha ternak unggas, dengan harapan usahanya itu bisa mendukung usaha orang tuanya juga. (Kinanthi)

Baca juga: Belajar Egaliter dan ‘Ngewongke Wong’ ala I Wayan Nuka Lantara