Penjelasan Pakar Iklim UGM soal Udara Jogja yang Terasa Dingin dalam Beberapa Hari Terakhir

973
Dosen Fakultas Geografi UGM, Andung Bayu Sekaranom, menjelaskan fenomena di balik dinginnya udara pagi di Jogja dan sekitarnya. Foto: Dok Pri
Dosen Fakultas Geografi UGM, Andung Bayu Sekaranom, menjelaskan fenomena di balik dinginnya udara pagi di Jogja dan sekitarnya. Foto: Dok Pri

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Belakangan udara pagi hari di Jogja dan sekitarnya terasa dingin, tak seperti biasanya.

Apa yang mungkin dirasakan oleh sebagian orang Jogja tersebut memang nyata adanya.

Sebab, BMKG setempat mencatat bahwa dalam beberapa hari terakhir (23-27 Juli 2020), suhu minimum di Jogja berkisar 18-20 derajat Celsius.

Kondisi ini bagi pakar iklim Fakultas Geografi UGM, Dr. Andung Bayu Sekaranom, adalah hal yang biasa menjelang puncak musim kemarau.

“Hal ini disebabkan oleh posisi dari gerak semu matahari di belahan bumi utara, sementara kita berada di belahan bumi selatan,” kata Andung, Rabu (29/7/2020).

Baca juga: Dua Perwira Tinggi TNI Alumni Menwa UGM Promosi Jabatan Menjadi Brigadir Jenderal

“Akibatnya, kita menerima lebih sedikit energi radiasi matahari dan menyebabkan cuaca menjadi lebih dingin,” terang alumnus Geografi dan Ilmu Lingkungan UGM angkatan 2007 ini.

Andung menambahkan, jika dilihat dari keseimbangan energi di bumi, selain bersumber  dari radiasi matahari, ada juga radiasi gelombang panjang yang dikeluarkan oleh bumi.

Apabila kondisi cenderung berawan, radiasi gelombang panjang yang dikeluarkan bumi akan memantul kembali ke permukaan bumi.

Efek dari fenomena ini akan menjadikan temperatur lebih hangat. Namun, jika cuaca cerah, radiasi akan hilang sampai ke luar angkasa sehingga temperatur menjadi lebih dingin.

“Khusus untuk daerah pegunungan cuaca akan menjadi lebih dingin pada malam dan pagi hari dibanding biasanya,” ucap Andung.

Baca juga: Gelar Pelatihan PFA, KAGAMA Sumsel Ingin Siswa Sekolah Tetap Ceria di Masa Pandemi