Penjelasan Guru Besar Farmasi UGM tentang Klorokuin dan Avigan, Obat yang Didatangkan Presiden Jokowi untuk Tangkal Wabah Corona

984

Baca juga: Almarhum Prof. Iwan Dwiprahasto Dikenal Penyabar dan Berintegritas Tinggi

Namun demikian, Guru Besar Farmasi UGM, Prof. Dra. Apt. Zullies Ikawati, Ph. D., menerangkan bahwa belum ada terapi yang pasti dan direkomendasikan untuk mengatasi wabah ini.

Pasalnya, penyakit ini masih baru dan disebabkan infeksi virus, sehingga yang dapat dilakukan adalah terapi kuratif dengan antivirus.

Ketua Program Studi Magister Farmasi Klinik, Farmasi UGM ini mengungkapkan bahwa semua antivirus yang digunakan dalam terapi Covid-19 di hampir semua negara masih berupa trial and error.

Terapi yang digunakan mengacu pada epidemic SARS dan Mers, seperti menggunakan lopinavir, ritonavir, ribavirin, oseltamivir yang banyak digunakan dalam mengatasi Covid-19.

Sementara itu, Indonesia mengacu pada Tiongkok soal obat-obatan yang digunakan, di antaranya adalan Klorokuin dan Avigan.

Baca juga: 3 Program Prioritas Jokowi untuk Hadapi Wabah Covid-19

Obat pertama, yakni Klorokuin, seperti disampaikan oleh Zullies dalam rilis Fakultas Farmasi UGM merupakan obat untuk mengatasi malaria sebagai antiplasmodium.

Obat ini mengandung gugus kuinolin yang bekerja menghambat aktivitas enzim heme polymerase yang mengubah heme menjadi hemozoin, ini mengakibatkan akumulasi heme menjadi bebas.

Akumulasi heme ini menyebabkan kematian pada parasit plasmodium sebagai penyebab utama malaria.

Lantaran berkurangnya penyakit malaria dan munculnya resistensi pada obat ini, Klorokuin tak banyak lagi digunakan sebagai obat antimalaria.

Selain obat malaria, Klorokuin banyak digunakan pada terapi penyakit autoimun, seperti lupus dan Rheumatoid artritis.

Baca juga: Prof. Iwan Dwiprahasto Berpulang, UGM Kehilangan Guru Besar yang Santun